Perkembangan anak sebagai makhluk monodualis
PERKEMBANGAN ANAK SEBAGAI MAKHLUK MONODUALIS
A.
Pengantar
Perkembangan selalu berarti pada difernsisasi.
Artinya pada setiap dari seluruh perkembangan anak, berarti mula adanya
diferensiasi baru pada anak itu baik jasmani maupun rohaninya.hal ini tampak
jelas bila kita memperlihatkan gerakan anak. Mula-mula anak kecil, menerima
sesuatu dengan menggunakan kedua tangannya, tetapi dalam perkembangannya, ia
dapat menerima sesuatu itu hanya dengan satu tangan dan dalam perkembangan
selanjutnya malah hanya dengan beberapa jari saja.
Demikian pula, anak yang sudah besar sudah
dapat mengatakan: “ibu saya ingin makan nasi dengan sayur asam kacang panjang
dicampur dengan kacang tanah dan lembayung, dengan lauknya ikan asin dicampur”.
Pada waktu masih kecil ia hanya dapat mengatakan : ibu mam!
Hal yang kedua yang perlu kita camkan ialah
bahwa tiap sesuatu fase yang dialami oleh anak, adalah merupakan masa peralihan
atau masa persiapan bagi masa selanjutnya. Tiap antara anak yang satu dengan
yang lain, tidak sama lamanya, inilah sebabnya mengapa seiring dikatakan bahwa
setiap anak mempunyai irama perkembangannya sendiri-sendiri. Dengan ini maka
orang tua tidak perlu merasa cemas, mengapa dua orang anak sebaya, yang seorang
sudah dapat berjalan sedangkan yang lan belum dapat.
Hal ketiga yang perlu kita ketahui ialah bahwa
perkembangan yang dialami oleh anak adalah perkembangan jasmani dan rohani.
Oleh karena itu di dalam membantu perkembangan anak, orang tua dan guru. Diharapkan
perkembangan ini selalu dalam keseimbangan, agar tidak terjadi kelainan pada
anak.
Hal yang ke empat, yang perlu sekali diketahui
oleh para orang tua ialah dalam keluarga anak itu berkembang. Oleh karena itu keluarga mendudki tempat terpenting bagi
bentuk terbentuknya pribadi anak secara keseluruhan yang akan dbawa (hasil
pembentukannya itu) sepanjang hidupnya. Keluarga lah pemberi pembentuk watak
pemberi dasar rasa keagamaan, penanaman sifat,kebiasaan, hobby, cita-cita dan
sebagainya dan lembaga-lembaga lain di masyarakat adalah sekedar membantu,
melanjutkan, memperbanyak atau memperdalam apa yang diperoleh dari keluarga.
Pembebanan secara kodrat ini tidak dapat
ditolak oleh keluarga oleh karena kelahiran anak adalah dikehendaki oleh
keluarga. Keluargalah yang menhendaki, menrencanakan, dan mengatur kelahran
anak-anaknya. Kemudian secara kodrat pula keluarga memelihara mereka.dengan apa
yang mereka mampui, dengan apa yang mereka maui, dengan apa yang mereka kehendaki.
Keluargalah yang mula-mula memberikan pendidikan, memberikan pengaruh kepada
perkembangan anak-anaknya, sekalipun hanya dengan member kebiasaan-kebiasaan,
seperti yang diperoleh dari orang tuanya dahulu.
Dalam keluarga anak-anak tu mendapatkan kesempatan
yang banyak untuk memperoleh pengaruh perkembangannya, yang diterimanya dengan
jalan meniru, menurut, mengikuti dan mengindahkan apa yang dilakukan, dan apa
yang dikatakan oleh seluruh keluarga.
verbal maupun non verbal (Bandingkan
perkembangan anak dalam keluarga yang besar dengan perkembangan anak dalam
keluarga yang kecil).
Kemudian makin lama anak tidak puas dengan apa
yang dapat diberikan oleh keluarga, anak memerlukan yang lebih banyak dan lebih
luas, sehingga sering ia perlu pergi jauh dari keluargannya.
Sifat kodrat ini perlu mendapatkan kesempatan
berkembang seluas-luasnya, agar anak mudah menyesuaikan diri dalam pergaulannya
dengan siapapun, sehingga ia akan tumbuh menjadi makhluk masyarakat yang sehat.
Untuk mencapai tujuan itu, seharusnyalah orang tua dan para pendidiknya,
membantu dengan jalan:
Pertama, memberikan kesempatan bergaul dengan
siapa pun saja dalam masyarakat, dengan mengingat norma-norma pergaulan
kekeluargaan atau sekolah.
Kedua, mendidik anak agar memiliki rasa harga
diri yang sehat, misalnya dengan jalan membiarkan anak berpikir sendiri,
berbuat sendiri, berpendapat sendiri. Dengan perlakuan yang adil, dengan member
penghargaan yang setimpal setiap menunjukan kemampuannya, dengan membimbing
setiap anak yang sedang menjumpai kesukaran, tidak terlalu sering melarang,
menghukum mencemooh, menghina dan sebahainya.
Didalam keluarga di usahakan adanya suasana
tertib dan damai, dengan peraturan dan kebiasaan tertentu, dengan memelihara
saling menyayang, saling menolong dan saling mengerti.
Tumbuhnya harga diri yang sehat akan membantu
anak untuk menjadi warga masyarakat bahkan warga Negara yang sehat. Dengan
menyadari apa kemauan yang ada pada dirinya, kelebhannya,
kekurangannya/kelemahannya,hobby,cita-citanya,ia akan dapat menempatkan
dirinya, dtengah pergaulan baik sebagai anggota masyarakat maupun sebagai warga
Negara pada posisi yang tepat, sehingga mampu memancarkan pribadinya secara
sewajarnya, bahkan memancarkan wibawanya.
Hal-hal tersebut perlu diketahui oleh orang
tua, guru, pemimpin pemuda dan siapa saja yang bertugas membantu perkembangan
anak, dengan maksud agar dapat bertindak dengan serasi dan bijaksana, hngga
dapat terhindarkan hal-hal yang tdak diinginkan.
B. Masa Anak-Anak
Masa
ini dsebut juga masa anak sekolah, masa matang untuk belajar, maupun masa
matang untuk sekolah. Disebut masa
anak oleh karena anak itu sendiri tdak mau lag dianggap atau diperlakukan
sebagai kanak-kanak atau anak kecil, disebut masa anak sekolah, karena merasa
sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebgai lembaga persiapan sekolah yang
sebenarnya.
Disebut masa matang untuk bersekolah, karena
mereka sudah mengingnkan kecakapan-kecakapan baru, yang dapat diberikan oleh
sekolah.
Perkembangan apakah yang diperoleh anak yang
telah diperoleh anak pada masa ini? Sebagai hasil pemberian bantuan yang
diberkan oleh keluarga dan taman kanak-kanaknya, pada masa ini anak telah
mengalami masa perkembangan-perkembangan yang membantu anak untuk dapat
menerima bahan yang diajarkan oleh gurunya. Antara lain:
a. Perkembangan sifat sosial anak
b. Perkembangan perasaan
c. Perkembangan motorik
d. Perkembangan bahasa
e. Perkembangan pikiran
f.
Perkembangan
pengamatan
g. Perkembangan kesusilaan/agama
h. Perkembangan tanggapan
i.
Perkembangan
fantasi
j.
Perkembangan
mengambil keputusan
k. Perkembangan perhatian
l.
Perkembangan
estetika
a. Perkembangan sifat sosial anak
Sebenarnya sifat ini kodrat yang
dibawa oleh anak sejak lahir, mula-mula berkembang terbatas dalam keluarga,
yang makin lama bertambah luas.
Dengan masa menentang I, anak mulai
kurang puas hanya bergaul dengan keluarga dan ingin memperluasnya dengan
anggota masyarakat terdekat. Ia mulai mencari teman-teman sebaya untuk
berkelompok dalam permainan bersama, makin lama ruang lingkup pergaulanya makin
meluas.
b. Perkembangan perasaan anak
Anak yang semula hanya merasakan
senang dan sedih, makin lama perasaan itu terdferensiasi menjadi
perasaan-perasaan:
Ø Menyesal
Ø Kasihan/iba
Ø Marah
Ø Jengkel
Ø Simpati
Ø Bersalah
Ø Wajib,dan sebgainya.
Yang kesemuanya itu disebabkan oleh
pengalaman yang makin lama makin meluas pula. Jadi makin luas pergaulan anak
makin kayalah anak bervariasi dalam tingkah lakunya.
Ini berguna sekali untuk menerima
pelajaran sekolah, sehingga memudahkan anak menerima bahan pengajarn dari guru,
memudahkan anak memahami bahan pengetahuan yang diberkan oleh gurunya.
Untuk ini orang tua/ para pemimpin
pemuda dapat membantu perkembangan perasaan anak itu dengan:
Ø Melatih mereka bekerja sama;
Ø Belajar dalam kelompok
Ø Bermain/bekerja dan bersaing secara postif
Ø Saling member dan menerima
Ø Saling membutuhkan pertolongan dan sebagainya
Sehingga terbina rasa persatuan
c. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik inilah yang
memungkinkan anak dapat melakukan segala sesuatu, yang terkandung dalam
jiwanya, dengan sewajarnya.
Dengan perkembangan motorik itu anak
makin kaya dalam bertingkah laku sehingga memungkinkan anak memindahkan
aktivitas bermainnya, kreativitas belajar dan bekerja memungkinkan anak dapat
melakukan kewajban, tugas-tugas, bahkan keingnan-kenginannya sendiri. Untuk ini
orang tua/guru dan para pemimpin dapat membantu dengan jalan:
Ø Melatih anak melakukan kewajiban –kewajiban
yang sesuai dengan keadaan
jasmani dan rohaninya.
Ø Melatih anak melakukan peraturan-peraturan
keluarga/sekolah
Ø Melatih anak, menyertakan gerakan-gerakan tertentu pada saat
berbicara,bernyanyi, bersyair,
bergembira, bersedih, dan sebgainya.
Ø Melatih gerakan-geraka yang benar dan baik,
denga jalan olah raga, menari,
berenag, dan bermacam permainan yang
lain-lain.
Baik:
1.
Permainan fungsi
(melatih fungsi anggota tubuh)
2.
Permainan
membentuk (dengan alat-alat permainannya)
3.
Permanan ilusi
(sesuai dengan fantasinya), maupun
4.
Permainan
menerima (untuk dapat menerima pendapat atau pengaruh
kebudayaan).
d. Perkembangan bahasa
Dengan makin luasnya pergaulan anak di
luar keluarga, di dalam permainan
dalam
kelompok member kesempatan anak untuk memperkaya perbendaharaan bahasa, baik
secara pasif, yaitu menerima ekspresi jwa orang lain, maupun secara aktif,
yaitu menyampaikan isi jiwanya kepada orang lain. Inilah sebabnya, mengapa
bahasa disebut sebagai alat perhubungan sosial.
Oleh karena itu keluarga atau teman
kanak-kanak yang baik akan berusaha agar anak mengalam perkembangan bahasanya
dengan baik pula. Mereka, orang tua atau guru itu akan melatih anak-anaknya
agar mendengar suruhan atau perintahnya sebaik-baiknya, kemudian memintanya
kepada anak-anaknya untuk melakukannya. Demikian pula kalau orang tua atau guru
itu terpaksa atau harus melarang anak melakukan sesuatu, misalnya karena adanya
bahaya.
Tentu saja
latihan itu dilakukan sesuai dengan kemampuan anak, sehingga anak akan
menerimanya dengan perasaan senang. Sebaliknya bila perintah atau larangan itu
terlalu panjang diucapkannya, anak akan mengalami kesukaran, sehingga ia tidak
mampu, tdak mengerti apa yang harus dilakukanya.
Oleh karena
pada saat n belum mungkin perintah atau larangan itu dberikan secra tertulis,
maka ada baiknya orang tua atau guru menanyakan apak anak sudah mengerti apa
yang dimaksudnnya?
Sebagai
control apakah anak sudah benar-benar mengerti apa yang dikehendaki dengan perintah/larangan itu dapat dilihat
apakah yang dilakukan anak sesudah menerimanya.
Untuk itu
orang tua/guru dapat membantu dengan jalan:
1. Menberikan sesuatu dongeng pada setiap
kesempatan
2. Menceritakan apa yang dilihat sesudah anak
melakukan sesuatu perlawatan, menyaksikan sesuatu peristiwa, dan sebagainya.
3. Memberi kebebasan untuk berpikir, dan
berpendapat secraa lisan, dengan penuturan yang teratur.
4. Tidak banyak melarang, mencemooh, menekan
ataupun memaksa anak. Sebab dengan demikan anak akan melakukan sesuatu yang
tidak diharapkan.
e. Perkembangan pikiran
Perkembangan pikiran selalu setingkat
dan sejalan dengan perkembangan sosial,
bahasa adalah alat untuk berpikir. Karena itu sering dikatakan bahwa
berpikir adalah berbicara yang tak di ucapkan dan bercakap adalah berpikir yang
di ucapkan.
Dengan demikin mudah di mengerti,
betapa pentingnya orang tua/guru melath anak untuk menggunakan bahasa teratur.
Pada masa ini anak baru berada dalam
tingkat berpkir konkret. Artinya pkirannya masih erat hubungannya dengan benda atau
keadan-keadaan nyata. Ia akan mengatakan : hari akan hujan bila ia melihat di
langit ada mendung. Ia akan menolak memakan sesuatu makanan sejens itu.
Inilah sebabnya mengapa pada waktu
anak belajar di taman kanak kanak, di mutlakan anak anak belajar berhitung
harus d bantu dengan alat peraga secukupnya. Kata secukupnya mengandung arti
tidak boleh terlalu banyak. Karena sedkit demi sedikit anak harus di tuntun
untuk berhitung secara abstrak. Sedangkan alat peraga itu sendiri tidak perlu
benda yang bagus, yang jarang djumpai anak dalam kehidupan sehari-hari, agar
fungsi alat peraga sebagai pembantu itu tdak terhalang. Artinya perhatian anak
jangan sampai berpindah kepada bagusnya alat peraga itu.
Sebelum anak dilatih untuk menuliskan
gambar blangan, lebih dulu ditanamkan bahwa bilangan itu memiliki fungsi. Yaitu
sebagai nomor, sebagai jumlah dan sebagai perbandingan.
Untuk melatih bilangan berfungsi nomor
taman kanak kanak dapat menyuruh anak menghitung berurutan jari tangannya,
deretan kursi jajaran gerbong kereta api yang sedang lewat, iring-iringan
mobil, dan seterusnya. Guru bertanya : mobil keberapa yang di naiki bapak
presiden tadi? Anak keberapakah kamu? Dan sebagainya.
Untuk melatih bilangan mempunyai
berfungsi jumlah orang tua/TK dapat melatih dengan: beberapa kelereng amin ?
beberapa baju kaosmu amat? Berapa kursi di dalam kelas ini khotijah? Berapa
saudaramu semua bamabang? Dan sebagainya/
Untuk menanamkan bahwa bilangan
mempunyai fungsi bilangan mempunyai fungsi perbandingan, orang tua atau TK dapat
melatih dengan menanyakan yang manakah yang lebih banyak lima atau empat? Dua
atau tiga? Tiga atau satu? Lima atau tiga? Dan seterusnya.
Penanaman pengertian ketiga fungsi
bilangan sebelum sampai kepada belajar berhitung yang sebenarnya adalah sangat
perlu menggunakan alat peraga, agar kekeliruan akan menuliskan angka lima belas
menjadi angka lima satu, seperti yang didengarnya, melainkan dengan angka satu
lima, karena pengertiannya.
f.
Perkembangan pengamatan
Sebelum ahli psikologi di jerman
mengadakan eksperimen-eksperimen di laboratoriumnya orang menyangka bahwa
perkembangan pengamatan itu berlangsung melalui bagi
an-bagian keseluruhan yang banyak.
Misalnya seorang bayi, mengenal ibunya mulai dengan hidungnya, kemudian
mulutnya, kemudian matanya, pipinya dan seterusnya, sehngga makin lama makin
banyak, makin lengkap. Demikian pula dengan pengamatan anak terhadap
mobil-mobilnya. Mula-mula melihat rodanya yang di depan. Baru kemudian roda di
belakang, kemudian setirnya dan seterusnya.
Pendapat semacam itu ternyata tidak
dibenarkan oleh para ahli ilmu jiwa global yang telah mengadakan percobaan
percobaan dengan teliti. Mereka berpendapat perkembangan pengamatan anak bukan
melalui proses-proses : dari yang sederhana ke yang banyak dan kompleks,
melainkan mulai dari keseluruhan yang kabur ke makin lama makin jelas karena
adanya bagan-bagian integral dalam keseluruhan itu. Misalnya proses yang
dialami oleh anak untuk mengenal wajah ibunya, bukan mulai dengan
hidung+mulut+mata+pipi+dan seterusnya, melaiinkan melalui proses seperti
timbulnya gambar dalam TV yang baru saja di hubungkan dengan arus listrik. Jadi
dari keseluruhan yang kabur sampai jelas tampak bagian-bagiannya.
Benar, bahwa keduanya dapat mencapai
tujuannya tetapi dengan metode global tujuan itu ( yaitu anak dapat membaca )
lebih cepat di capai dengan menggunakan metode global karena memang demikianlah
jalan yang dilalui oleh proses perkembangan anak.
Jika pelajaran membaca dan menulis
permulaan bukan dimulai dengan menghapalkan nama-nama huruf dan abjad,
melainkan dari kalimat-kalimat pendek yang mengandung suara-suara yang sama.
Buny suara yang sama itu lah yang berusaha untuk dikenal anak lebih dahulu,
sebelumnya sampai kepada rentetan buny-buny suara lain yang dahulu, sebelum
sampai kepada rentetan bunyi-bunyi suara lain yang terdapat dalam kalimat
tersebut.
Benar pula bahwa anak harus mengenal
abjad. Tetapi bukan dari situ bermulanya, melainkan mengenal seluruhnya, baru
diajarkan sesudah ia mengenal sebagian besar gambar-gambar suara yang ditemukan
dalam bahasa bacaan.
Diteliti dari perkembangan metode
membaca dan menulis permulaan, sebenarnya metode tersebut sudah sejak lama
ditinggalkan. Hal ini ternyata adanya metode lembaga dan kata lembag terbaru..
Dengan metode kata lembaga, mula-mula
anak diajarkan membaca suatu kata, kemudian diceraikan atas suku kata, akhirnya
kepada huruf-hurufnya. Misalnya nini-ni-n-i-n-I.
Dengan metode kata lembaga baru,
mula-mula kepada anak dikenalkan sebuah gambar. Dibawah gambar itu dituliskan
nama gambar itu. Dari mana gambar itu anak-anak dilatih menyuarakan
gambar-gambar hur, baru kemudian dikenalkan nama-nama tiap hurufnya.
Demikianlah perkembangan metode
membaca dan menulis permulaan yang diajarkan pada kelas permulaan sekolah
dasar, sesuai dengan perkembangan hasil penyelidikan tentang perkembangan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh para ahli psikologi.
g. Perkembangan
kesusilaan dan agama
Perkembangan kesusilaan dan agama,
sangat bergantung kepada penghayatan keluarga terhadap norma-norma kesusilaan
dan agama keluarga anak itu sendiri; artinya anak bukan mengalami perkembangan
kesusilaan dan agama seperti yang dharapkan, dianjurkan atau diperintahkan oleh
orang tuanya, melainkan anak akan mengalami perkembangan itu menurut keluarga
berbuat tentang norma-norma kesusilaan dan agama itu.
Anak tidak akan bersungguh-sungguh
melakukan sesuatu peraturan, bila tidak semua anggota keluarga itu
melakukannya. Hal ini terjadi oleh karena pada diri anak terkandung kesangsian
akan kebeneran dan keharusan untuk dipatuhinya peraturan itu.
Demikian halnya, seorang anak akan
tumbuh menjadi anak yang dengar-dengaran (mbandel), apabila orang tua kurang
tegas memerntahkan sesuatu keharusan. Ketegasan bukan selalu berarti kekerasan,
melainkan penurutan yang harus dilakukan dengan benar-benar sesudah sesuatu
perintah atau anjuran diberikan. Kalau perlu orang tua sendri harus member
contoh dan melatih benar-benar dengan sebab-musababnya, sehingga anak mengerti
benar-benar mengapa seluruh keluarga melakukan hal itu semuanya.
Adalah suatu perbuatan yang sia-sia,
bila orang tua menganjurkan anak melakukan sesuatu perbuatan, sekalipun diberi
hadiah, bila anak melihat bahwa salah seorang anggota keluarga itu tidak
mematuhi dan biarkan saja.
Akan lebih parah lagi keadaannya, bila
salah seorang anggota melanggar peraturan secra diam-diam dan sembunyi-sembunyi
sedang orang tuanya tidak berbuat apa-apa terhadapnya.
Penambahan norma-norma kesusilaan dan
agama deng merupakan masalah yang sulit, oleh karena:
1. Masalah adalah abstrak, sedangkan anak masih
hidup dalam tingkat berpikir konkret
2. Ketidak samaan kepentngan antara orang tua dan
anak atau anggota keluarga yang lain
3. Anak senang sekali menirukan perbuatan yang
dipandangnya sebagai sesuatu yang baru, yang ia belum dapat melakukannya.
4. Anak belum mengerti mengapa sesuatu perbuatan
hanya boleh dilakukan oleh sementara orang-orang tua dan tidak boleh bag
anak-anak.
Khusus dalam
penanaman rasa keagamaan yang menghendaki agar anak mengenal dan meyakini
adanya tuhan yang maha esa, orang tua dan guru perlu bersikap hati-hati, justru
anak masiih berada dalam tingkat berpikr konkret.
Keberhati-hatian
misalnya jangan sampai sekali-kali kepada tuhan anak dimntakan atau diajak
bermohon tentang sesuatu yang bersifat konkret. Misalnya anak disuruh memohon
agar ayah segera mendapatkan rumah dinas, agar ibu segera dianugrahi adik lagi,
agar iia segera dianugerahi vespa bila lulus SMP nanti.
Permohonan
semacam itu kecuali tidak pada tempatnya, juga bebahaya sekali bagi anak. Sebab
anak akan segera membalik keyakinan bila ternyata permohonannya itu tetap tidak
segera tercapai. Kepada tuhan hendaknya hanya dimohonkan anugerah-anugerahkan
yang bersifat abstrak. Misalnya memohon keselamatan, ketentraman, kekuatan,
kebahagian dan sebagainya.
Demikian
agar supaya bila anak menanyakan bagaimana hasil permohonannya, orang tua dapat
melukiskan bahwa keadaan kehidupan semacam yang dialami itu adalah kehidupan
yang tentram, bahagia, selamat, dan sebagainya, dibandingkan dengan orang-orang
yang pada saat itu sedang mengalami malapetaka.
Yang tidak
boleh dilupakan ialah bahwa di samping bermohon kepada tuhan, kekeluarga juga
harus berusaha agar ikut serta secara aktif mencapai apa yang diinginkannya
itu, manusa wajib berusaha, sekalipun yang mentukan berhasil atau tidaknya
usaha itu adalah tuhan semata-mata.
Karena
masalahnya yang abstrak, maka masalah penanaman kesusilaan dan keagamaan
menghendaki orang tua memberi contoh yang konkret dari pada memerintah,
mengharuskan, memaksa, dan sebagainya.
Bantuan
orang tua terhadap perkembangan kesusilaan/agam memerlukan kesungguhan dan
ketekunan di dalam memberikan.contoh-contoh, mengajak menghayati bersama-sama
tiap kenikmatan dan kebebasan yang dirasakan sesudah sesuatu perbuatan (susila
dan agama) dilakukan, melatih anak mengambil bagian aktif dalam setiap
aktivitasnya pada hari peringatan agama, hari-hari bersejarah yang erat
hubungannya dengan masalah kesusialaan dan agama, membaca kisah-kisah
orang-orang yang di kenal sebagai orang yang patut di contoh perbuatannya dan
dianut ajaran-ajaranya, baik dari agama yang di peluknya maupun dari agama lain
di benarkan hidupnya di Negara kita ini. Hal yang terakhir ini adalah sikap
toleransi dalam beragama sesuai dengan yang dikehendaki oleh falsafah Negara
kita pancasila, yang menghendaki adanya kerukunan beragama.
h. Perkembangan tanggapan
Dari hasil pengamatannya ke dunia luar
anak mendapatkan tanggapa-tanggapan yang bermacam-macam yang bersosiasi secara
mekanisme sehingga menghasilkan tanggapan yang bersifat kompleks emosional.
Suatu kekompleksan yang didalamnya emosi anak ikut campur. Deferensiasi dar gestalt struktur baru mulai bila anak
sudah mulai bersekolah, karena mulai berfungsinya daya menganalisis pada jiwa
anak.
Makin berkembang si anak, makin kaya
ia akan tanggapan-tanggapan pengalaman dari hubungan tanggapan-tanggapan
sekarang mulai dipahami dengan daya berpikirnya, sehingga antara tanggapan yang
satu dengan yang lain terdapat hubungan yang logis dan dalam perkembangan
selanjutnya anak akan mampu pula menentukan hubungan sebab akibat.
i.
Perkembangan
fantasi
Sejak anak sekolah perhatiannya
terhadap kenyataan mulai berkembang dan tampak pula pada anak bahwa fantasi
dalam permainan mulai mundur. Tetapi kemundurannya bukan untuk lenyap melainkan
mencari lapangan baru untuk berkembang.
Lapangan baru ini ialah lapangan
hiburan, membaca buku dan mendengarkan cerita-cerita mengambil tempat yang luas
sekali dalam lapangaan ini.
Dengan buku-buku dan cerita-cerita itu
anak dibawa ke dunia lain dari kehidupan sehari-hari. Fantasinya memberikan
kesempatan kepadanya untuk menghayati semua yang dceritakan orang dan
dibacanya, seakan-akan semuanya benar-benar. Seiring anak itu menempatkan dirinya
sebagai pelaku utama, sebagai pahlawan dalam kisah-kisah itu. Ia ikut
menghayati suka duka dalam cerita-cerita itu.
Di dalam dunia fantasinya yang baru
ini yang berlainan dengan dunia fantasinya di waktu kecil, ia seakan-akan ingin
melakukan sendiri apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam cerita-cerita itu.
Dalam hal seperti ini orang tua/
sekolah harus waspada terhadap buku-buku bacaan, film dan pertunjukan yang
dihayati oleh anak. Harus dijaga jangan sampai dengan fantasinya ini anak
terjerumus kedalam perbuatan-perbuatan yang jahat, dengan meneliti agar
pengaruh-pengaruh jahat itu jang disungguhkan dengan bacaan, film dan
sebagainya tadi.Dalam membicarakan masa realisme, ini akan disambung lagi.
j.
Perkembangan
dalam mengambil keputusan
Jika pada masa kecil anak hanya mampu
mengambl keputusan secara sederhana, misalnya : panas-dingin,buruk-bak,
enak-tdak enak, dan sebagainya, makin lama anak makin dapat membedakan sesuatu
atas beberapa keputusan. Hal ini menunjukan adanya kemampuan untuk mengadakandferensiasi
pula dalam mengambil keputusan. Misalnya : buruk sekali, agak buruk, hamper
buruk, kurang baik, sedang,baik, dan tidak baik.
Dari suatu peneltian ternyata bahwa
kemampuan mengambil keputusan, berhubungan erat
dengan perkembangan daya abstraksi anak. Artnya makin konkret, anak
makin mudah mengambil keputusan dan makin abstrak sesuatu yang dipecahkan anak,
ia makin sukar mengambil keputusan.
k. Perkembangan perhatian
Perhatian termasuk salah satu factor
kemampuan psikis yang dibawa sejak lahir dan berkembangnya ditentukan pula oleh
factor-faktor endogen dan factor-faktor eksogen.
Salah satu bukti bahwa ada
perkembangan dalam perhatian ialah bahwa pada anak kecil baru dapat
berinstropeksi, sebelum dapat mengintropeksi sedang orang sudah dewasa sudah dapat
kedua-duanya.
Proses pekembangan perhatian sama
dengan proses perkembangan pengamatan, yaitu dari gesalt ke struktur. Disamping
itu perhatian juga berkembang dari sifat yang subjektif mengarah ke sifat
objektif. Artinya perhatian anak kecil ditentukan oleh si anak, sedangkan
perhatian orang dewasa. Disampiang subjektif juga ditentukan oleh si objek.
Kedua perkembangan diiatas adalah
karena adanya pengaruh daya analisis pada anak. Dengan kata lain, karena adanya
pengaruh daya analisis maka perhatian berkembang:
Ø Dari gestalt – ke struktur,dan
Ø Dari subjektif – ke objektif
Kekuatan konsentrasi perhatian di
tentukan oleh minatnya. Dan biasanya yang menarik perhatian ialah sesuatu yang:
Ø Baru
Ø Aneh
Ø Bagus
Ø Lebih
Tentang tipe
perhatian : distribusi, konsentratis,dan campuran, ini pun merupakan hasil
perkembangan.
l.
Perkembangan
estetika
Estetika,adalah suatu kemampuan jiwa yang dipergunakan untuk
menentukan sesuatu dengan ukuran bagus/tidak bagus atau indah/tidak indah.
Kemampuan ini juga merupakan kemampuan kodrat. Perkembangannya juga ditentukan
oleh factor endogen dan factor eksogen.
Adanya kemampuan ini pada anak,
menurut para ahli sukar sekali diselidiki, sebab:
Ø Anak sukar sekali mengingat-ingat akibat
perbuatannya sendiri
Ø Anak belum memiliki kekayaan bahasa yang cukup
untuk menyampaikan isi jiwanya.
Ø Daya analisis belum berkembang
Ø Anak mereka segala sesuatu dengan seluruh
pribadinya, belum ada diferensiasi
Kebanyakan
yang bagus bagi anak ialah:
Ø Sesuatu yang disukainya
Ø Sesuatu yang disayanginya
Ø Sesuatu yang sedang dibutuhkannya
Ø Sesuatu yang masih baru
Dari mana
kemampuan menilai (indah/tidak indah). Sebenarnya agak sukar dan rumit menjawab
pertanyaan ini. Namun secara garis besar terasa bahwa kemampuan itu, adalah:
Ø Ada yang dibawa sebagai bakat, misalnya
seorang pelukis, lebih mampu menentukan sesuatu indah atau tidak
Ø Merupakan pengaruh kebiasaan lingkunagan
misalnya orang jawa tengah lebih menilai indah pada wayang orang dari pada
ludruk, dan sebaliknya orang barat sukar sekali menentukan indahnya sesuatu
lagu orang timur, dan sebaliknta.
Ø Dipengaruhi pula oleh usia, misalnya anak-anak
lebih senagn lagu-lagu yang berirama mars, pemuda lebih senang yang hot, orang
tua senang lagu-lagu yang lamban tenang.
Ø Ditentukan juga oleh hobby, misalnya pemain badminton
merasa lebih indah dari pada pemain catur.
Dan sekitarnya masih ada lagi
sebab-sebab mengapa yang seorangmengatakan Sesuatu indah, sedang yang lain
tidak.
Semua perkembangan diatas yang
sebagian besar adalah perkembangan rohani anak yang memerlukan pengaruh dari
luar yang dengan sengaja dilakuakan oleh para pendidik, adalah bermaksud untuk
mengimbangi perkembangan jasmani dan rohani yang harmonis, justru anak akan
memasuki dunian baru dunia yang akan memberikan bekal dasar bagi kehidupan
selanjutnya. Dengan adanya keharmonisan jasmani rohani itu diharapkan anak
tidak akan mengalami kesukaran, atau menemui banyak hambatan dalam menerima
bekal hidup yang berwujud kecakapan-kecakapan dasar yang akan diberikan oleh
sekolah.
Keharmonisan jasmani dan rohani ini
mutlak dperlukan oleh kerana kodrat menentukan bahwa manusia adalah mahkluk
monodualis,jasmaniah rohaniah, sosioinduvidual dan cultural religious.
Bahwa manusia adalah mahkluk
jasamaniah rohaniah, mudah sekali kita mengerti. Sebab tanpa jasmani, manusia
tidak akan tanpak dengan pengamatan alat indra kita, dan tanpa rohani manusia
adalah mayat.
Bahwa manusia adalah mahkluk
sosiaindividual, kita mengerti pula, oleh karena tidak seorang pun manusia yang
sanggup hidup seorang diri dari luar pergaulan manusia yang sama sekali sama
dalam segala hal sekalipun mereka berasal dari anak kembar satu telur. Tiap
orang memiliki cirri-ciri pribadi sendiri.
Hal ini disebabkan oleh karena
factor-faktor ntern mendapat kesempatan berkembang dengan factor-faktor ekstern
yang tdak mungkin sama sekali sama pada setiap saat. Juga dari factor intern
sendiri kepekaan menerima pengaruh lingkungan itu tidak sama pula.
Bahwa manusia adalah mahkluk kulturan
religious juga mudah sekali kita mengerti. Sebab tidak ada makhluk lain kecuali
manusia yang dapat menghasilkan
kebudayaan dan hanya manusia lah yang beragama.
Bagi manusia, kebudayaan adalah hasil
ciptanya yang sudah diusahakan untuk memudahkan dan memajukan kehidupannya.
Bagi manusia, agama adalah mutlak
diperlukan untuk mendapatkan ketentraman dalam kehidupannya, agar dengan
demikian manusia berkesempatan untuk melanjutkan kehidupan jenisnya, meneruskan
keturunannya ataupun untuk melanjutkan tugas kemanusiaannya.
Dengan kata kulturil religious,
manusia berarti juga makhluk hasil ciptaan yang dapat juga mencipta, manusia
adalah makluk yang mencipta kebudayaan
sifat-sifat
monodualis:
Ø Psikhopisis
Ø Sosioindividual, dan
Ø Cultural religious.
Sepasang-sepasang
tampak sebagai sifat-sifat yang bertentangan, tetapi sebenarnya : lengakap-melengkapi.
Hanya oleh karena sifat-sifat semacam itu manusia akan hidup serasi dengan
lingkungannya, sehngga disamping manusia mampu mengubah lingkungan jug manusia
dibentuk oleh lingkungan. Lingkungan menjadi bertambah maju karena manusia.
Tetapi manusia juga mengalami perkembangan karena lingkungan.
Tentang
sifat sosiondividual, dalam hal ini. Kunkek mengajukan teori yang mengtakan
bahwa : makin besar sifat sosial seseorang maka akan kecil sifat individualnya,
dan sebalknya makin besar sfat individualnya akan makin kecil sifat sosialnya.
Hubungan timbal balik ini digambarkannya sebagai berikut :
D1 D1
D D
F
Keterangan gambar:
1. Titik titik A,B,C, dan D demikian pula
A1,B1,C1, dan D1 pada X dan Y berjarak sama dari titik EGO
2. Garis datar pada X dan Y menggambarkan sifat
individual sedangkan garis tegap pada X atau Y menggambarkan sifat sosial
3. Pada X sifat sosial yang besar C1 D1
menyebabkan sifat individual hanya sebasar AB, sehngga secara sosioindividual,
pribadi X adalah seperti: AC, BD1
4. Pada Y sifat sosial A1 B1, sehingga secara
sosioindividual, pribadi Y adalah
Seperti : A1 CB1 D
Selanjutnya kunkel berpendapat bahwa
tidak ada seorang pun manusia yang benar-benar bersifat sosial dan individual
murni demikian halnya jarang sekali manusa benar-benar dalam keseimbangan
sebagai mahkluk sosioindividual. Keadaan seperti ini sudah mulai berkembang
sejak ia dilahirkan.
Komentar
Posting Komentar