implementasi kebijakan ekonomi makro


A. Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli
Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap fix. berikat ane akan sedikit info tentang pengertian implentasi menurut para ahli. semoga info tentang pengertian implementasi menurut para ahli bisa bermanfaat.
Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli
         Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”
Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli
           Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.
          Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan.
Dalam konteks implementasi kurikulum pendekatan-pendekatan yang telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada proses. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut. Masing-masing pendekatan itu mencerminkan tingkat pelaksanaan yang berbeda.
Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman (2004) menjelaskan bahwa pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan program, mendeskripsikan sumber-sumber baru dan mendemosntrasikan metode pengajaran yang diugunakan.
Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman (2002) menekankan pada fase penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan pada interaksi antara pengembang dan guru (praktisi pendidikan). Pengembang melakukan pemeriksaan pada program baru yang direncanakan, sumber-sumber baru, dan memasukan isi/materi baru ke program yang sudah ada berdasarkan hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-pengalaman guru. Interaksi antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan program, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi dengan guru-guru untuk memperoleh masukan. Implementasi dianggap selesai manakala proses penyempurnaan program baru dipandang sudah lengkap.
Sedangkan pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman (2002) memandang implementasi sebagai bagian dari program kurikulum. Proses implementasi dilakukan dengan mengikuti perkembangan dan megadopsi program-program yang sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum desain (dokumentasi).
B. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP EREKONOMIAN LAMBAN
Pemerintah telah menerbitkan lima paket kebijakan ekonomi sepanjang tahun 2016, yakni paket kebijakan IX hingga XIV.Paket-paket kebijakan tersebut meliputi kebijakan di sektor industri, investasi, peningkatan daya beli masyarakat, logistik, peningkatan ekspor, dan pariwisata nasional.
Sejatinya, kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan mampu mengurangi berbagai hambatan kegiatan ekonomi, baik konsumsi, investasi, produksi, maupun perdagangan internasional. Sehingga, ekonomi domestik dapat tumbuh lebih baik.Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Akhmad Akbar Susanto menjelaskan, tidak semua paket tersebut dapat dinilai dampaknya dalam waktu cepat.
Mengingat sebagian dari kebijakan-kebijakan tersebut terkait dengan perbaikan iklim usaha yang memiliki timelag bagi pelaku usaha.“Apalagi, permintaan domestik dan global yang masih lemah membuat dampak kebijakan kebijakan pada kegiatan ekonomi domestik belum akan signifikan. Beberapa paket kebijakan tersebut diperkirakan belum akan memberikan dampak yang efektif, baik dari sisi teknis implementasi maupun dari sisi substansi kebijakan,” jelas Akbar dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (20/12/2016).
Akbar menjelaskan, dari sisi teknis implementasi, beberapa paket kebijakan tersebut belum didukung oleh payung hukum yang bersifat permanen.
Sosialisasi kepada pihak terkait masih rendah, sementara implementasi kebijakan oleh kementerian atau lembaga terkait juga berjalan lambat dan beberapa paket kebijakan sulit dievaluasi kemajuannya karena tidak memiliki target waktu yang terukur.
Dari sisi substansi kebijakan, beberapa kebijakan masih bersifat parsial dan belum menyentuh substansi persoalan yang hendak diselesaikan.
Akbar memberi contoh, pada paket kebijakan X yang merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Negatif Investasi dengan tujuan melindungi pengusaha kecil dan memberi kepastian batasan kepemilikan saham asing.
“Isi dari kebijakan ini lebih banyak mendorong liberalisasi penanaman modal asing di berbagai sektor yang justru berpotensi mereduksi peran pengusaha domestik dalam pengembangan ekonomi nasional,” ungkap Akbar.
Akbar pun menyoroti paket kebijakan XI terkait Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor yang menyediakan fasilitas pembiayaan ekspor yang lengkap dan terpadu untuk modal kerja dan investasi untuk tujuan ekspor bagi UMKM.
Adapun tingkat suku bunganya 9 persen tanpa subsidi. Ia menyatakan ada beberapa kekurangan paket ini, antara lain pendekatan kebijakan parsial, tidak integratif, dan tidak ada penanggung jawab khusus yang memantau dan mengoordinasikan seluruh kebijakan terkait.
Selain itu, kebijakan ini hanya menyentuh aspek pembiayaan. “Plafon kredit program ini terbatas hanya Rp 1 triliun pada tahun 2016 dan tingkat suku bunga 9 persen, tidak berbeda dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ditetapkan dalam APBN dengan tingkat suku bunga 9 persen. Selain itu, rendahnya sosialisasi membuat fasilitas ini tidak dapat dimanfaatkan secara luas oleh obyek kebijakan,” papar Akbar.



C. MODEL EKONOMI UNTUK MEMBUAT KEBIJAKAN DAN PERAMALAN
Pengertian Model Ekonomi
Model Ekonomi merupakan suatu abstraksi tentang hubungan-hubungan ekonomi, untuk menyederhanakan penanganan masalah-masalah riil ekonomi yang sangat kompleks. Model-model ekonomi ini umumnya dibentuk untuk mempelajari tingkah laku unit-unit ekonomi dalam hubungannya dengan pemilihan atau proses dan kegiatan-kegiatan : produksi, konsumsi dan distribusi barang atau jasa.
Bentuk model-model ekonomi ini, di samping yang bersifat verbal kita kenal model dalam bentuk fungsi umum-kualitatif, angka-tabel-grafik dan fungsi khusus-aljabar/matematis. Ketiga jenis/bentuk model ini pada hakekatnya hanya dapat dibedakan, namun sebenarnya sulit untuk dipisahkan karena bentuk/jenis model yang satu bukan merupakan substitusi dari yang lain, melainkan dalam batas-batas tertentu lebih bersifat komplementer. Dengan kata lain, bentuk/jenis model yang satu dapat dipergunakan untuk melengkapi dan menyempurnakan bentuk/jenis model yang lain dan bukan untuk menggantikannya.
Fungsi Umum-Kuantitatif
Di dalam hukum permintaan dijelaskan bahwa, jumlah barang diminta (quantity demanded) dipengaruhi oleh : harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain (komplementer dan substitusi/pengganti), pendapatan perseorangan, selera masyarakat dan lain sebagainya. Di sini, sesuai dengan tujuannya, hukum permintaan tersebut dapat disederhanakan penampilanya yaitu dengan mempergunakan persamaan/fungsi dalam bentuk simbol-simbol (lambang) yang mewakili variabel-variabel bersangkutan.
Cara penyimbolan yang lazim adalah dengan menggunakan huruf-huruf depan dari nama variabel yang disimbolkan. Misalnya, variabel price disimbolkan dengan P dan variabel quantity disimbolkan dengan huruf Q. Sementara itu quantity demanded dan quantity supplied masing-masing disimbolkan dengan Qd dan Qs. Dengan demikian kita dapat memodelkan hubungan antara permintaan dan faktor-faktor penentunya sebagai berikut:
Rumus (fungsi)

Qxd = f (Px | Pc,Ps,M,Pop,T)

Dimana:
Qxd = Kuantitas permintaan barang X (quantity of X demanded)
Px = Harga barang X (price of X)
Pc = Harga barang komplementer (price of complementary)
Ps = Harga barang substitusi (price of substitute)
M = Pendapatan perseorangan (individual income)
Pop = Jumlah penduduk (population)
T = Citarasa/selera (taste)

Pernyataan  f ( ) dalam rumus (fungsi) Qxd = f (Px | Pc,Ps,M,Pop,T) dimaksudkan, bahwa: Qxd yang merupakan variabel tidak bebas yang diterangkan/dipengaruhi oleh faktor-faktor (variabel-variabel bebas) yang berada didalam tanda ( ), yaitu : Px, Pc,Ps,M,Pop dan T. perlu juga diperhatikan tanda "|" sesudah Px dimaksudkan bahwa, hukum permintaan, yang mengatakan Qxd akan naik apabila Px turun atau sebaliknya, Qxd akan turun apabila Px naik hanya berlaku apabila faktor-faktor dibelakang tanda "|" , yaitu : Pc,Ps,M dan T, tetap (ceteris paribus).

Dari model di atas dapat dilihat bahwa hubungan yang sebetulnya begitu kompleks dapat disederhanakan hanya dalam satu baris persamaan/fungsi. Model ekonomi yang penampilannya dalam bentuk persamaan/fungsi seperti di atas dinamakan bentuk fungsi umum, karena berlaku untuk semua jenis barang ataupun jasa dan bersifat kualitatif, karena tidak menunjukkan arah maupun besarnya pengaruh.

Angka-Tabel-Grafis
Pembahasan ekonomi mikro dalam bentuk fungsi umum dan bersifat kualitatif seperti yang terlihat pada gambar dibawah, seringkali tidak cukup. Ekonom biasanya akan melengkapinya dengan ilustrasi angka-angka hipotetis dan dinyatakan dalam tabel yang kemudian digambarkan dalam grafik.
Perhatikan gambar dan tabel dibawah ini:
Tabel.
Titik
Qd
P
Qd
Titik
A
2
15
9
C
E
5
10
5
E
B
8
5
1
D



Pada tabel diatas dan gambar grafik diatas terlihat bahwa, pada harga (P = Price) sebesar 15, jumlah permintaan (Qd) = 2, sedangkan jumlah penawaran (Qs) = 9. Dengan harga yang lebih rendah (5) jumlah permintaannya naik menjadi 8, sedangkan penawarannya turun menjadi 1. Pada harga 10, baik jumlah permintaan dan penawarannya adalah 5. Kedua nilai yang terakhir ini masing-masing kita sebut harga keseimbangan dan kuantitas keseimbangan.

Titik A, E dan B terletak pada garis permintaan, karena menunjukkan hubungan antara P dan Qd ; sedangkan titik-titik C, E dan D terletak pada garis penawaran karena merupakan titik-titik kombinasi antara P dan Qs. Sementara itu, titik E adalah merupakan titik perpotongan antara garis permintaan dan garis penawaran kita sebut titik ekuilibrium.


Fungsi Khusus-Aljabar/Matematis
Model-model seperti di  atas sampai pada tingkat tertentu memang dapat membantu dan dapat menyederhanakan analisis ekonomi, namun dianggap belum cukup bahan untuk meramalkan tentang apa yang akan terjadi apabila salah satu dari variabel penentunya berubah.

Dalam pembuatan model-model matematis, sarana penting yang diperlukan adalah persamaan (equation) dengan unsur-unsur utamanya :
· Variabel, adalah sesuatu (bisa berwujud gejala ekonomi ataupun penentu faktor-faktor gejala) yang pada saat pembahasan masalah, besarnya, dapat berubah-ubah.
· Konstanta, adalah sesuatu yang besarnya/nilainya tetap (tidak berubah)
· Koefisien, yaitu suatu konstanta bergabung dengan suatu variabel.
· parameter, yaitu koefisien atau konstanta yang bervariabel atau dinyatakan dalam huruf.
Persamaan (equation) dapat dibedakan menurut persamaan definisi, identitas, keseimbangan ataupun behavioral equation (persamaan tingkah laku). Contoh-contoh dibidang ekomomi mikro untuk persamaan-persamaan definisi, identitas, keseimbangan dan tingkah laku berturut-turut adalah:
∏ = TR - TC
TC = FC + VC
Qd = Qs
Qd = 12 - 2P

Demikianlah beberapa penjelasan mengenai model-model ekonomi, yang membahas tentang pengertian model ekonomi, Fungsi Umum-Kuantitatif, Angka-Tabel-Grafis dan Fungsi Khusus-Aljabar/Matematis. Semoga bermanfaat.

D. KEBIJAKAN EKONOMI DALAM KETIDAK PASTIAN
Bank Indonesia (BI) melihat tanda-tanda perbaikan ekonomi berdasarkan pencapaian pertumbuhan kuartal II-2016 yang melampaui ekspektasi. Namun, masih ada beberapa faktor ketidakpastian ekonomi global sehingga bank sentral ragu memutuskan pelonggaran kebijakan moneter.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI harus mengkaji risiko dan kondisi pasar keuangan untuk menentukan arah kebijakan moneter ke depan. Sebab, meski pertumbuhan ekonomi di dalam negeri menunjukkan tanda-tanda penguatan, masih ada risiko perekonomian global.
“Diskusi yang membawa baik atau buruk itu akan dibahas di RDG (Rapat Dewan Gubernur pada pertengahan Agustus nanti). Jadi risk assesment dan pandangan pasar keuangan terakhir,” katanya seusai menghadiri acara “10th International Conference Bulletin of Monetary Economic and Banking” di Gedung BI, Jakarta, Senin (8/8).
Menurut Perry, BI masih mencari waktu yang tepat untuk melonggarkan kebijakannya dengan memperhatikan dua faktor perekonomian global. “Apakah (pelonggaran moneter) pada Juni-Juli itu waktu yang tepat dibandingkan November dan Desember.” (Baca: Lampaui Perkiraan, BI: Ekonomi Belum Menguat Secara Struktural)
Pertama, kondisi pasar keuangan menghadapi risiko kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yaitu Fed Rate. Saat ini, pelaku pasar masih menebak waktu kebijakan itu dilakukan pada sisa bulan tahun ini. Sekadar informasi, sejak awal tahun ini bank sentral AS sudah mengindikasikan akan kembali mengerek suku bunganya. Tapi, hingga kini kebijakan itu belum dijalankan karena kondisi ekonominya belum membaik.
Kedua, keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi sudah membaik secara fundamental. Pertimbangannya, masih ada risiko terhadap dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain’s Exit/Brexit) terhadap perekonomian dunia dan Indonesia.
Selain itu, harga komoditas diperkirakan masih akan tertekan perubahan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Cina. Hal ini menyebabkan ekspor masih akan tertekan hingga akhir tahun lantaran Cina merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Dua faktor risiko itulah yang menjadi alasan BI belum berniat menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,1 persen. Meskipun realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2106 di atas ekspektasi sebelumnya, yaitu sebesar 5,18 persen dan secara keseluruhan pada semester I-2016 tumbuh 5,04 persen. “Masih ada beberapa uncertainty di kuartal III-IV,” kata Perry.
Selain itu, BI masih mengkaji dampak rencana pemotongan anggaran sebesar Rp 133,8 triliun terhadap perekonomian. Bank sentral memperkirakan dampak kebijakan itu tidak terlalu besar sepanjang pemerintah tidak memangkas belanja produktif, seperti untuk proyek infrastruktur.
Apalagi, selama ini penyerapan belanja pemerintah selalu di bawah target. Jika pemangkasan anggaran tersebut diikuti dengan peningkatan penyerapan anggaran, maka bakal tetap bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. “Kalau penyerapan (anggaran) mencapai 90-95 persen, pengaruhnya tidak banyak (terhadap pertumbuhan ekonomi),” kata Perry.
Ada dasarnya pembangunan ekonomi sebuah Negara bertujuan untuk mencapai kemakmuran masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan distribusi pendapatan yang merata dengan menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi Masyarakat.  Kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi tersebut dapat tercipta melalui bekerjanya pasar secara efektif dan efisien.   Mekanisme pasar akan bekerja secara efektif dan efisien apabila tersedia tata aturan dan hukum-hukum pasar yang dilaksanakan dengan baik dan dapat dikendalikan oleh Pemerintah. Atas dasar itu, Pemerintah melalui kebijakan makro ekonomi, investasi, perdagangan, pelaksanaan hukum serta perundang-undangan mempunyai peranan penting dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi bekerjanya pasar secara optimal.  Demikian pula halnya dengan Bank Sentral yang menetapkan kebijakan moneter, sebagai salah satu elemen kebijakan makro ekonomi yang mempunyai peranan penting dalam penciptaan kondisi bagi bekerjanya mekanisme pasar yang efisien.
Bank Sentral melalui kebijakan moneter secara aktif digunakan untuk mendorong perekonomian dan lapangan kerja agar laju pertumbuhan ekonomi dapat senantiasa berada pada tingkat potensialnya (full employment).    Paradigma kebijakan moneter ini sering disebut sebagai “activist” monetary policy. Tetapi dalam jangka panjang akan terjadi “Trade off” antara pengangguran dan inflasi. Apabila Bank Sentral sebagai otoritas moneter memilih mempertahankan inflasi sebagai kebijakan pertumbuhan ekonomi maka perekonomian justru akan lebih bergejolak, dimulai dengan bergejolaknya pasar uang yang terkadang bisa menimbulkan krisis dimana  Friedman, menamakan kondisi ini sebagai “There is no long- run tradeoff between inflation and unemployment”.
Dengan adanya fakta ini dan analisa-analisa teori ekonomi moneter yang baru telah merubah paradigma kebijakan moneter yang aktif mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi kebijakan moneter yang lebih diorientasikan pada pencapaian kestabilan harga. Pertanyaan selanjutnya, mengapa kestabilan harga diperlukan dalam pembangunan ekonomi?  karena secara umum inflasi menyebabkan timbulnya sejumlah biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat, inflasi menimbulkan dampak negatif pada distribusi pendapatan.   Masyarakat golongan bawah dan berpendapatan tetap akan menanggung beban infasi dengan turunnya daya beli mereka.   Sebaliknya, masyarakat menengah dan atas yang memiliki aset-aset finansial seperti tabungan atau deposito dapat melindungi kekayaannya dari inflasi, sehingga daya beli mereka relatif tetap. Selanjutnya inflasi yang tinggi berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.  Tingkat inflasi yang tinggi sering diikuti oleh tingkat inflasi yang berfluktuasi, yang dalam jangka panjang memberikan dampak negatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Mengapa? Karena ketidakpastian tingkat inflasi menyebabkan investor cenderung untuk melakukan investasi finansial jangka pendek yang bersifat spekulatif daripada melakukan investasi proyek riil yang bersifat produktif.  Disamping itu, inflasi yang tinggi juga cermin dari ketidakpastian nilai uang menyebabkan tingginya premi resiko (risk premium) di pasar keuangan yang menyebabkan pasar keuangan tidak efisien dan tingginya biaya pendanaan investasi yang kemudian berdampak negatif pada pertumbuhan.   Apalagi dalam perekonomian Indonesia yang bersifat terbuka (small open economy) dengan mobilitas modal luar negeri yang bebas, mengharuskan Pemerintah menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil.  Dalam kondisi demikian, inflasi yang tinggi dan berfluktuatif merupakan faktor yang secara signifikan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian seperti yang tercermin dari tingginya volatilitas nilai tukar, tidak stabilnya pasar keuangan, serta tingginya sensitivitas aliran modal.
Dari seluruh uraian diatas mengenai sebab akibat inflasi diatas pertanyaan utamanya adalah,  berapa tingkat  inflasi  yang  mencerminkan kestabilan harga?   Untuk itu tentu harus diberikan standart “ Kestabilan Harga “  yang sesuai dengan keinginan pemerintah dan masyarakat, dimana Alan Greenspan, mantan  Gubernur Bank Sentral Amerika, memberikan terminologi ‘kestabilan harga’ sebagai tingkat inflasi yang cukup rendah sehingga masyarakat   tidak   lagi   secara   material   merasakan   kehadiran   inflasi   dalam kehidupan  mereka  sehari-hari.    Para  pengusaha  tidak  lagi  memperhitungkan berapa  persen  harga  jual  barang  harus  mereka  naikkan  untuk  menyesuaikan dengan inflasi.   Para buruh tidak lagi menuntut kenaikan gaji untuk disesuaikan dengan kenaikan indeks harga.  Para pensiunan tidak merasakan daya beli mereka semakin menurun.
Dan adalah menarik untuk melihat bagaimana peran Bank Sentral dalam merumuskan kebijakan moneter dalam menjaga keseimbangan “Kestabilan Harga” ini, karena sudah pasti akan membutuhkan “science” berupa teori ekonomi moneter karena dari situlah Bank Sentral memulai dasar-dasar pikiran, interpretasi dan peramalan dengan instrument model-model dan simulasi-simulasi Ekonomi.  Namun, dalam praktek, peran “art” tidak bisa diabaikan, terlebih dalam situasi sekarang ini, dimana sistem perekonomian dunia dihadapkan pada permasalahan yang begitu kompleks dan struktur perekonomian sedang mengalami perubahan yang mendasar. Adalah suatu hal yang bisa dimaklumi apabila dalam pengambilan kebijakan moneter Bank Sentral memerlukan judgement dalam prosesnya, karena setiap situasi sangat berbeda tantangan dan dinamikanya disinilah dibutuhkan kehandalan dan pengalaman dari seorang gubernur Bank Sentral dalam mengambil kebijakan, sehingga dapat menjadi stabilisator ekonomi dalam mengendalikan harga sekaligus tingkat pertumbuhan ekonomi sesuai dengan target yang telah dibuat sebelumnya. Kita tentu sangat mendambakan gubernur bank sentral Indonesia sekelas Ben Bernanke gubernur Bank sentral Amerika yang menulis sendiri “bahwa dia akan terkutuk apabila mengulangi kesalahan masa lalu”  jadi bisa dibayangkan betapa luas pengalaman dan berapa banyak data yang harus di pelajarinya untuk tidak mengulangi suatu kesalahan sekaligus betapa kreatifnya dia dalam mencari solusi permasalahan yang ada seperti yang di ungkapkan oleh  penulis senior time Michael Grundwald “ Dia adalah pemimpin yang kreatif dan membantu meyakinkan bahwa tahun 2009 merupakan periode pemulihan yang kecil dibanding bencana besar depresi, dan dia menggunakan kekuatan yang tidak ada bandingnya untuk menyelamatkan uang kami, Pekerjaan kami, tabungan kami dan masa depan kami”.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer