kajian islam tentang sosial budaya
Pendidikan agama islam
Kajian islam tentang sosial budaya
Nama:Aria
yoska pratama
Nim :15 2 00880
Dosen pembimbing :rahmat tk.sulaiman,s.sos,s.sosI,MM
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STKIP)
NASIONAL
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "kajian
islam temtang sosial dan budaya" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan agama dengan judul
"kajian islam tentang sosial budaya". Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran
terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
. sungai geringging.desember 2015
Penulis.
Daftar
isi
Pendahuluan1.1latar belakang
1.2.rumusan masalah
Pembahasan
Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Hubungan agama tentang sosial dan budaya
Pandangan islam tentang sosial dan budaya
Strata sosial dalam islam
Islam dan perubahan sosial
Penutup
Daftar pustaka
Pedahuluan
Manusia adalah makkhluk yang selalu berinteraksidengan
sesamanya maupun lingkungan.dan mulai sedikit demi sedikit mengalami perubahan
karena faktor lingkungan.dan juga manusia adalah makhluk intelektual yang
selalu berfikir tentang penciptanya.dan mulai mempercayai sesuatu yang gaib
Islam adalah agama yanjg paling sempurna
dibandingkan agama yang lain yang diturunkan mmelalui hambanya yang mulia.nabi
muhammad SAW di bangsa arab yang berada pada masa jahiliyah.seiring
perkembangan waktu,islam mengalami perkembangan di seluruh dunia,di sebarkan
oleh para khafilah bari bangsa arab.persia dan gurajat(india sekarang)dan
melakukan perbauran denga kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan,dan mulai
mengalami perubahan dalam budaya dan lingkungan masyarakat
Batas batas makalahMakalah ini membahas tentang
1.hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
2.hubungan agama dengan budaya dan masyarakat
3.pandangan islam tentang sosial dan budaya
4.strata sosial dalam islam
5.islam dan perubahan sosial.
PEMBAHASAN
A.Hakikat manusia sebagai makhluk individual dan makhluk social
1.Manusia sebagai Makhluk Individu
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang
pada hakikatnya mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud individu
menurut (Effendi, 2010: 37) adalah berasal dari kata in dan divided. Dalam
bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Dalam hal ini,
artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan kesatuan aspek jasmani
dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua aspek tersebut sudah tidak
menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri
khas masing-masing, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir
kembar. Secara fisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun
secara psikologis akan banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan perbedaan
tersebut sering disebut dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangan
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungannya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (Effendi, 2010:39) kepribadian
adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara
potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir
dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan
serta reaksi mental psikologisnya jika mendapat rangsangan dari lingkungan.Dia
menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukkan
karakteristik yang khas dari seseorang.Secara normal, setiap manusia
memiliki potensi dasar mental yang berkembang dan dapat dikembangkan yang
meliputi (1) minat (sense of interest), (2) dorongan ingin tahu (sense of
curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality) (4)
dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5) dorongan ingin menemukan
sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang jika adanya
rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di lingkungannya
telah tumbuh potensi-potensi mental yang normalnya akan terus berkembang.
“Islam itu sesungguhnya lebih dari satu sistem agama saja; Islam adalah satu kebudayaan yang lengkap”. Demikian diungkapkan oleh H.A. Gibb dalam bukunya yang terkenal Wither Islam. Pengakuan senada juga banyak diberikan oleh pakar Islam dari kalangan Barat. Jika pihak Barat banyak memberikan pengakuan yang kurang lebih sama, konon lagi dari kalangan Islam sendiri, seperti keyakinan umum yang berkembang di kalangan umat Islam bahwa Islam adalah agama yang universal dan komprehensip meliputi berbagai bidang (Q.S.16:89), meskipun penjelasannya ada yang bersifat rinci dan garis besar. Oleh sebab itu, Islam disebut juga sebagai agama yang “hadir di mana-mana” (omnipresence); sebuah pandangan yang meyakini bahwa di mana-mana kehadiran Islam selalu memberikan panduan etik yang benar bagi setiap tindakan manusia2
Ajaran Islam yang demikian telah mendorong umatnya untuk mengerahkan segala daya dan upaya bagi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia, termasuk dalam pengembangan kebudayaan. Upaya-upaya tersebut kemudian telah menghasilkan suatu prestasi peradaban baru yang tinggi yang dikenal dengan “peradaban Islam” yang dalam sejarahnya telah memberikan andil yang cukup besar bagi kemajuan peradaban dunia. Ayat-ayat Alquran memang banyak memberikan dorongan kepada umat manusia bagi pengembangan kebudayaan.
Sifat akomodatif Islam terhadap budaya tidak berarti bahwa Islam menerima begitu saja segala wujud kebudayaan yang ada. Karena jika demikian Islam seolah-olah dipahami tidak memiliki nilai-nilai dasar bagi pengembangan kebudayaan.
C.hubungan agama dengan masarakat dan kebudayaan
Dasar-Dasar Islam dalam Pengembangan Budaya.
Ada sejumlah prinsip dasar yang terkandung di dalam Alquran dan hadis, sehingga umat Islam dapat mengembangkan kebudayaan secara maksimal. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Penghargaan terhadap akal fikiran
Islam menempatkan akal fikiran dalam posisi yang tinggi, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Ali Imran:190, 191:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ(190)الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ(191)
ِArtinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(Q.S.3:190,191).
Hadis nabi menyatakan: “Agama itu adalah akal, tidak ada agama bagi seseorang yang tidak mmpunyai akal”
2. Anjuran menuntut ilmu
Anjuran atau dorongan Islam agar umat Islam menguasai ilmu pengetahuan ini antara lain dijelaskan dalam surah al-Mujadalah: 11 berbunyi:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ(11)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S.58:11).
Hadis nabi berbunyi: ”Menuntut Ilmu itu wajib atas tiap-tiap orang Islam, laki-laki maupun perempuan”.Dalam hadis lain juga dinyatakan: “Tutntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”.
3. Larangan untuk taklid
Kecaman Allah terhadap orang yang taklid antara lain dijelaskan Alquran sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Isra: 36 berbunyi:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا(36)
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(Q.S.17: 36).
4. Anjuran Islam untuk berinisiatif dan inovatif
Penghargaan Islam akan nilai suatu kreasi dijelaskan lewat keterangan hadis nabi: “Barangsiapa memulai satu cara (keduniaan) yang baik, dia akan mendapat ganjaran orang-orang yang mengerjakan cara yang baik itu sampai hari kiamat”.
5. Penekanan pentingnya kehidupan dunia
Dorongan agar manusia berhasil di dalam kehidupan dunia dijelaskan oleh Alquran surat Al-Qashas:77 yang berbunyi:
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ(77)
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S.28: 77).
Hadis: “Bekerjalan untuk keduniaanmu, seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok hari”
Motivasi yang diberikan Alquran dan hadis nabi dalam hal pengembangan budaya dalam sejarah Islam terbukti telah menghasilkan pretasi budaya yang luar biasa. Puncaknya sebagaimana terlihat pada masa Abbasiah yang kemudian dikenal dengan kebudayaan Islam. Prestasi demikian didukung oleh peran penguasa Islam (khalifah), yang memberikan perhatian terhadap pengembangan budaya. Para ilmuwan sangat dilindungi, diberikan perhatian yang istimewa oleh para penguasa tanpa memandang latar belakang ilmuwan tersebut: apakah beragama Islam atau tidak, bangsa Arab atau tidak.
Tidak hanya itu, orang-orang yang kaya yang memiliki harta berlimpah juga umumnya sangat menaruh perhatian yang cukup besar dalam hal pengembangan budaya. Sebagian harta mereka digunakan untuk pengembangan budaya Dengan kata lain segenap elemen masyarakat terlibat dan mendukung dalam hal pengembangan ilmu dan budaya. Kondisi demikianlah yang menyebabkan umat Islam berhasil menjadi bangsa yang besar bangsa yang memiliki prestasi luar biasa dalam melahirkan budaya, yang dikenal dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini sesungguhnya lahir dari kemampuan umat Islam dalam mengembangkan berbagai budaya yang telah berkembang dan mapan pada masa sebelumnya, terutama kebudayaan Romawi, dan Persia.
Kebudayaan yang dikembangkan oleh umat Islam tersebut meliputi berbagai bidang keilmuwan, seperti Medis, Astronomi, Fisika, Matematika, arsitektur, dan ilmu-ilmu lain di samping ilmu agama. Ilmuwan-ilmuwan yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu tersebut di antaranya adalah Ibn Rusyd, Al-Farabi, Al-Kindi (Filosof), Ibn Sina (kedokteran), Al-Mawardi (tata negara), Al-Biruni (Fisika), Al-Khawarizmi, Umar Khayyam (matematika), dan lain-lain.
2. Agama dan Budaya
Budaya menurut Koentjaraningrat (1987:180) adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.
Jadi budaya diperoleh melalui belajar. Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat adalah budaya. Tapi kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat, ethos kerja dan pandangan hidup. Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya manusia yang immaterial bahwa mitologis hubungan kolektif tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan. Interaksi sosial dan keagamaan berpola kepada bagaimana mereka memikirkan Tuhan, menghayati dan membayangkan Tuhan (Wach, 1998:187).
Lebih tegas dikatakan Geertz (1992:13), bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana individu atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.
Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif.
Faktor kondisi yang objektif menyebabkan terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun agama yang mengilhaminya adalah sama. Oleh karena itu agama Kristen yang tumbuh di Sumatera Utara di Tanah Batak dengan yang di Maluku tidak begitu sama sebab masing-masing mempunyai cara-cara pengungkapannya yang berbeda-beda. Ada juga nuansa yang membedakan Islam yang tumbuh dalam masyarakat dimana pengaruh Hinduisme adalah kuatdengan yang tidak. Demikian juga ada perbedaan antara Hinduisme di Bali dengan Hinduisme di India, Buddhisme di Thailan dengan yang ada di Indonesia. Jadi budaya juga mempengaruhi agama. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya (Andito,ed,1998:282).Tapi hal pokok bagi semua agama adalah bahwa agama berfungsi sebagai alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi ada pluraisme budaya berdasarkan kriteria agama. Hal ini terjadi karena manusia sebagai homoreligiosus merupakan insan yang berbudidaya dan dapat berkreasi dalam kebebasan menciptakan pelbagai objek realitas dan tata nilai baru berdasarkan inspirasi agama.
3. Agama dan budaya Indonesia
Jika kita teliti budaya Indonesia, maka tidak dapat tidak budaya itu terdiri dari 5 lapisan. Lapisan itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Buddha, Islam dan Kristen (Andito, ed,1998:77-79)
Lapisan pertama adalah agama pribumi yang memiliki ritus-ritus yang berkaitan dengan penyembahan roh nenek moyang yang telah tiada atau lebih setingkat yaitu Dewa-dewa suku seperti sombaon di Tanah Batak, agama Merapu di Sumba, Kaharingan di Kalimantan. Berhubungan dengan ritus agama suku adalah berkaitan dengan para leluhur menyebabkan terdapat solidaritas keluarga yang sangat tinggi. Oleh karena itu maka ritus mereka berkaitan dengan tari-tarian dan seni ukiran, Maka dari agama pribumi bangsa Indonesia mewarisi kesenian dan estetika yang tinggi dan nilai-nilai kekeluargaan yang sangat luhur.
Lapisan kedua dalah Hinduisme, yang telah meninggalkan peradapan yang menekankan pembebasan rohani agar atman bersatu dengan Brahman maka dengan itu ada solidaritas mencari pembebasan bersama dari penindasan sosial untuk menuju kesejahteraan yang utuh. Solidaritas itu diungkapkan dalam kalimat Tat Twam Asi, aku adalah engkau.
Lapisan ketiga adalah agama Buddha, yang telah mewariskan nilai-nilai yang menjauhi ketamakan dan keserakahan. Bersama dengan itu timbul nilai pengendalian diri dan mawas diridengan menjalani 8 tata jalan keutamaan.
Lapisan keempat adalah agama Islam yang telah menyumbangkan kepekaan terhadap tata tertib kehidupan melalui syari’ah, ketaatan melakukan shalat dalam lima waktu,kepekaan terhadap mana yang baik dan mana yang jahat dan melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (amar makruf nahi munkar) berdampak pada pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal-hal yang disumbangkan Islam dalam pembentukan budaya bangsa.
Lapisan kelima adalah agama Kristen, baik Katholik maupun Protestan. Agama ini menekankan nilai kasih dalam hubungan antar manusia. Tuntutan kasih yang dikemukakan melebihi arti kasih dalam kebudayaan sebab kasih ini tidak menuntutbalasan yaitukasih tanpa syarat. Kasih bukan suatu cetusan emosional tapi sebagai tindakan konkrit yaitu memperlakukan sesama seperti diri sendiri. Atas dasar kasih maka gereja-gereja telah mempelopori pendirian Panti Asuhan, rumah sakit, sekolah-sekolah dan pelayanan terhadap orang miskin.
Disamping pengembangan budaya immaterial tersebut agama-agama juga telah berhasil mengembangkan budaya material seperti candi-candi dan bihara-bihara di Jawa tengah, sebagai peninggalan budaya Hindu dan Buddha. Budaya Kristen telah mempelopori pendidikan, seni bernyanyi, sedang budaya Islam antara lain telah mewariskan Masjid Agung Demak (1428) di Gelagah Wangi Jawa Tengah. Masjid ini beratap tiga susun yang khas Indonesia, berbeda dengan masjid Arab umumnya yang beratap landai. Atap tiga susun itu menyimbolkan Iman, Islam dan Ihsan. Masjid ini tanpa kubah, benar-benar has Indonesia yang mengutamakan keselarasan dengan alam.Masjid Al-Aqsa Menara Kudus di Banten bermenaar dalam bentuk perpaduan antara Islam dan Hindu. Masjid Rao-rao di Batu Sangkar merupakan perpaduan berbagai corak kesenian dengan hiasan-hiasan mendekati gaya India sedang atapnya dibuat dengan motif rumah Minangkabau (Philipus Tule 1994:15
D.Stratifikasi Sosial dalam Pandangan Islam
Dalam pandangan Islam, semua manusia adalah ciptaan Allah.
Semua mempunyai kedudukan yang sama di hadapan-Nya. Yang paling mulia di sisi
Allah adalah yang paling bertaqwa.
Allah SWT berfirman:
"... Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu
adalah yang paling bertaqwa di antara kamu. ..."
(QS Al Hujurat:15)
Lantas bagaimana kita bersikapterhadap orang yang mempunyai
kelebihan di antara kita?
Islam sangat memperhatikan akhlak atau perilaku yang baik
terhadap orang lain.
Umat Islam diperintahkan untuk menghormati orang yang
mempunyai keutamaan, apakah itu kekuasaan, ilmu, kekayaan, dan kehormatan, bila
semua itu dalam konteks ketaqwaan.
Penguasa yang adil sangat dimuliakan dalam Islam. Kita harus
taat padanya.
Orang yang berilmu ('alim) sangat dimuliakan dalam Islam.
Kita harus menghormatinya.
Orang kaya yang dermawan, mempunyai kedudukan yang mulia
dalam Islam. Kita harus menghormatinya.
Orang yang berjasa kepada masyarakat, mempunyai kedudukan
yang mulia dalam Islam. Kita harus menghormatinya.
Itu artinya, adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat
merupakan hal yang wajar. Karena anggota masyarakat mempunyai perbedaan
kelebihan. Penghormatan kepada orang yang mempunyai kelebihan, dalam konteks
ketaqwaan, juga diperintahkan dalam Islam.
Namun, ada tapinya. Bila strata itu dalam konteks kasta,
seperti kasta di India, yang menetapkan kasta tertentu lebih tinggi
kedudukannya dan ada beberapa aturan yang membeda-bedakan antar kasta, hal
tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Stratifikasi umat Islam berdasarkan ketaqwaan digambarkan
Allah sebagai berikut:
I. Golongan Nabi
II. Golongan Orang yang Shidiq.
Contoh sahabat Nabi yang dapat gelar Ash-Shiddiq: Abu Bakar.
III. Golongan Orang yang Mati Syahid
IV. Golongan Orang yang Sholih
(QS An-Nisa: 74)
E.islam dan Perubahan
social
Bentuk-bentuk perubahan sosial:
1.Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang
terjadi secara cepat
2.Perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang besar
pengaruhnya
3.Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dan perubahan
yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan
Faktor yang menyebabkan perubahan sosial
1.Bertambah atau berkurangnya penduduk
2.Penemuan-penemuan Baru
3.Pertentangan
4.Terjadinya Pemberontakan
atau revolusi di dalam Tubuh masyarakat itu sendiri
5.Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang
ada di sekitar manusia
6.Peperangan
7.Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Perubahan Sosial
1. Kontak dengan
kebudayaan lain
2. Sistem
Pendidikan Formal yang Maju
3. Sikap
menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
4. Toleransi terhadap
perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang bukan merupakan delik
5. Sistem terbuka
dalam lapisan-lapisan masyarakat
6.Penduduk yang heterogen
7.Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
8. Orientasi ke
masa depan
9.Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar umtuk
memperbaiki hidupnya
Proses-Proses Perubahan Sosial:
1.Penyesuaian Masyarakat Terhadap Perubahan
2.Saluran-Saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan yaitu
agama.ekonomi.politik.pendidikan dan hukum
3 Disorganisasi dan Reorganisasi
Penutup
Demikian yang dapat
kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini.tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena keterbatasannya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak
berharap pada pembaca yang budiman sudi memberikan kritik atau saran yang
membangun pada penulis demi spurnanya makalah ini dan penulis makalah di masa
yang akan datang.semoga makalah ini berguna bagi penulis khusunya pada pembaca
pada umimnya.
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarokatu
Daftar pustaka
Drs.moh.syamsi.dkk.2004.rangkuman pendidikan agama
islam.surabaya:penerbit amelia surabaya
Http://sosiologi islam sma.blogspot.com/strata sosial dalam
islam.html//
Https://damayanti327.wordpress.com/hubungan agama dengan
masyarakat//
Https://kajian fahmilqur'anhfd.wordpress.com/islam dan
perubahan sosial//
Https://hapidzcs.wprdpress.com/2012/10/02/hakikat manusia//
Https:// kehidupan saat ini.blogspot.co.id/2013/03/hakikat
manusia sebagai makhluk.html.//
Komentar
Posting Komentar