9 ketrampilan dasar guru
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan
keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan bagi calon guru
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan menarik.
Keterampilan membuka pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan
pengantar/pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari siswa sehingga siswa
siap mental dan tertarik mengikutinya. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran
merupakan keterampilan membantu siswa
dalam menemukan konsep, prinsip, dalil, hukum atau prosedur dari inti pokok bahasan yang telah dipelajari.
Pada dasarnya keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah
keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh
seorang guru dalam memulai dan mengakhiri suatu pelajaran. Soli, Ambimanyu
(2008) secara singkat mengemukakan bahwa membuka pelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan
perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Menutup
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Hal senada juga disampaikan oleh Wardani dan Julaeha (2007)
bahwa kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk
memasuki inti kegiatan (kegiatan inti) sedangkan menutup pelajaran adalah
kegiatan untuk memantapkan atau menindaklanjuti topik yang akan dibahas.
1. Membuka Pelajaran
Yang
dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan guru pada awal
pelajaran untuk menciptakan suasana ‘siap mental’ dan menimbulkan perhatian
siswa agar terarah pada hal-hal yang akan dipelajari. Beberapa cara yang dapat
diusahakan guru dalam membuka pelajaran adalah dengan :
(1) menarik
perhatian siswa,
(2) memotivasi siswa,
(3) memberi acuan/struktur pelajaran dengan
menujukkan tujuan atau kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, serta
pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu,
(4)
mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik baru, atau
(5)
menanggapi situasi kelas.
Komponen
pertama dalam mengajar adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam
keterampilan membuka pelajaran harus memberikan pengantar atau pengarahan
terhadap materi yang akan diajarkan pada peserta didik agar siap mental dan
tertarik untuk mengikutinya.
Keterampilan
membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan
mental dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat
pada hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak
saja harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap
penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Tujuan umum membuka pelajaran adalah agar proses dan hasil
belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Efektivitas proses dapat
dikenali dari ketepatan langkah-langkah belajar siswa,sehingga didapatkan
efisiensi belajar yang maksimal.
Sementara
tujuan khusus membuka pelajaran dapat diperinci sebagai berikut :
a.
Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas
pembelajaran yang akan dikerjakan
b.
Peserta didik mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan
c.
Peserta didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang
mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari mata pelajaran
d.
Peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan
hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya
e.
Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau
konsep-konsep yang trcantum dalam suatu peristiwa
f.
Peserta didik dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari
pelajaran itu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam
mengajar (Hasibuan , dkk., 1991: 120)
2. Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut
dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah
dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan
guru dalam proses belajar mengajar. Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru
antara lain adalah merangkum kembali atau menyuruh siswa membuat ringkasan dan
mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan. Kegiatan menutup pelajaran ini harus
dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir
setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran
itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga
tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi
kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
Disamping itu, guru juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran
sebelum menerangkan pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar demikian itu
tidak memungkinkan mental siswa siap untuk menerima pelajaran dan perhatian
siswa belum terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya
adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak
bermakna baginya, sukar dipahami, dan mereka akan tidak berusaha keras untuk
memahaminya.
Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan
menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum
mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka
dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap
guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan
menutup pelajaran.
3. Prinsip-Prinsip Membuka
Pelajaran
1. Prinsip Bermakna
Penerapan prinsip bermakna adalah mempunyai nilai tercapainya
tujuan penggunaan keterampilan membuka pelajaran .artinya, cara guru dalam
memilih dan meerapkan komponen keterampilan membuka pelajaran mempunyainilai
yang sangat tepat bagi siswa dalam mengondisikankesiapan dan ketertarikan siswa
untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, dalam memilih jenis kegiatan untuk
membuka pelajaran,perlu mempertimbangkan relevansinya dengan tujuan membuka
pelajaran tersebut. .
2. Kontinu ( Berkesinambungan )
Penggunaan keterampilan membuka pelajaran bersifat kontinu (
berkesinambungan ). Artinya, antara gagasan pembukaan dengan pokok bahasan
tidak terjadi garis pemisah. Oleh karena itu, gagasan pembukaan dengan pokok
bahasan dari segimateri harus harus ada relevansinya. Disarankan bahwa gagasan
pembuka harus memiliki tingkat inklusivitas yang lebih tinggi/umum dibandingkan
pokok bahasan itu sendiri. Terutama sekali gagasan pembuka yang berbentuk bahan
pengait.
3. Fleksibel ( Penggunaan
secara Luwes )
Fleksibel dalam kaitan ini berarti penggunaan yang tidak
kaku, dalam arti tidak terputus-putus atau lancer. Kelancaran ( Fluency ) dalam
susunan gagasan, ide, atau cerita dapat memudahkan peserta didik dalam mengonsepsi
keutuhan konsep pembuka dan dapat pula dengan mudah mengantisipasi pokok
bahasan yang akan dipelajari.
4. Antusiasme dan Kehangatan
dalam Mengomuniakasikan Gagasan
Antusiasme menandai kadar motivasiyang tinggi dari guru
danhasil ini akan berpengaruh pada motivasi yang tinggi pula pada peserta
didik. Antusiasme dan kehangatan dapat ditunjukkan misalnya bertanya kabar
peserta didik, menanyakan mengapa teman mereka tidak bisa masuk, atau bercerita
sedikit yang dapat menyentuh perasaan, atau kegiatan lain yang menujukkan rasa
simpati dan empati dalam rangka menciptakan antusiasme dan kehangatan.
5. Prinsip-Prinsip Teknis dalam Penggunaan
Keterampilan Membuka Pelajaran
Prinsip-prinsip teknis dalam membuka pelajaran dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Singkat, padat dan jelas
b. Keterampilan tidak
diulang-ulang atau berbelit-belit
c. Menggunakan bahasa yang
mudah dipahami anak
d. Disertai contoh atau ilustrasi
seperlunya
e. Mengikat perhatian anak
4.Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
Komponen
ketrampilan membuka pelajaran meliputi dua kategori yaitu: kategori yang berpengaruh pada proses
asimilasi dan akomodasi ide, dan kategori yang berpengaruh pada motivasi siswa
dalam belajar .
Komponen-komponen
ketrampilan membuka pelajaran meliputi :
1.
Membangkitkan Perhatian /minat siswa
Beberapa
cara yang digunakan oleh guru dalam
membangkitkan perhatian dan minat siswa dalam mengikuti pelajaran:
a.
Variasi gaya mengajar guru misalnya dengan berdiri ditengah-tengah kemudian
berjalan kebelakang atau kesamping dengan memilih kegiatan yang berbeda dari
yang biasa dan intonasi serta ekspresi dalam mengajar sangat membantu dalam
mengajar.
b.
Penggunaan alat bantu mengajar seperti
ilustrasi,model, skema, surat kabar dan sebagainya
c.
Variasi dalam pola interaksi misalnya guru dalam pembelajarn berlangsung sering
melakukan tanya jawab antara guru daansisswa serta guru harus mampu mengumpan
siswa agar kreatif dalam bertanya sehingga tercipta diskusi kecilantara guru
dan siswa
2.
Menimbulkan motivasi
Usaha guru mengakhiri kegiatan interaksi edukatif :
1.
Merangkum/membuat garis-garis besar
persoalan yang baru dibahas
2.
Mengkonsolidasikan perhatian anak didik pada hal-hal pokok oleh pembelajaran
yang bersangkutan
3.
Mengorganisasi semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari sehingga
merupakan suatu kebutuhan yang beerarti dalam memahami materi yang baru dipelajari
4.
Memberi ajakan agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta
dipelajari kembali dirumah
Cara-cara yang digunakan oleh guru dalam menutup
pelajaran antara lain :
a.
Review ( Melihat / meninjau kembali )
Guru
meninjau kembali, apakah inti pelajaran yang telah diajarkan itu telah dikuasai
oleh siswa atau belum. Adapun cara meninjau kembali adalah:
1)
Merangkum inti pelajaran
2)
Membuat ringkasan
b.
Mengevaluasi
Untuk
mengetahui apakah siswa memperoleh wawasan yang utuh tentang sesuatu yang sudah
diajarkan, guru melakukan penilaian/evaluasi. Bentuk-bentuk evaluasi itu adalah
sebagai berikut :
1.
Mendemonstrasikan keterampilan
2.
Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
3.
Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
4.
Soal-soal tertulis atau lisan
c.
Memberi dorongan psikologi atau
sosial
Unsur
manusiawi dalam interaksi guru-siswa adalah saling menghargai dengan memberikan
dorongan psikologis atau social yang dapat menunjang tercapainya tujuan
pengarajaran. Hal ini dapat dilakukan guru dalam setiap akhir pelajaran dengan
kata-kata pujian.
Keterampilan
menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang
diorganisir dengan sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu
pesan dengan pesan yang lainnya, sehingga tercapailah suatu pemahaman yang
diinginkan. Misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh, atau
dengan suatu yang belum diketahui.
Pemberian
penjelasan merupakan salah satu aspek yang penting dari kegiatan guru dalam
berinteraksi dengan siswa di dalam kelas, dan biasanya guru lebih mendominasi
pembicaraan dan mempunyai pengaruh atau dapat mempengaruhi siswa melalui
penjelasan dan perkataan yang disampaikannya, sehingga terkadang siswa menuruti
apa yang disampaikan oleh guru, dengan kata lain siswa mempercayai bahwa
penjelasan dari guru itu benar, misalnya
dalam memberikan fakta, ide atau pendapat. Oleh karena itu, penjelasan guru
haruslah tidak rancu di mana bisa mengakibatkan salah pengertian bagi siswa.
Hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil
yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan guru sehingga bermakna bagi siswa.
Tujuan Memberikan Penjelasan
- Membimbing siswa untuk dapat memahami ilmu pengetahuan secara objektif dan bernalar.
- Melatih siswa untuk senantiasa berkonsentrasi dalam menyimak penjelasan guru sehingga melibatkan mereka untuk berpikir sambil memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
- Untuk mendapat respon dan umpan balik (feed back) siswa mengenai tingkat pemahamannya serta untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
- Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dengan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah tersebut.
Alasan Perlunya Keterampilan Menjelaskan
dikuasai oleh Guru
- Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh siswa.
- Kadangkala penjelasan yang diberikan oleh guru tidak jelas bagi murid, tetapi hanya jelas bagi guru itu sendiri. Mungkin disebabkan karena gaya bahasa yang digunakan guru belum dapat dicerna atau dinalar oleh siswa atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan pemikiran mereka. Hal ini tercermin dalam ucapan guru, “Penerangan Ibu sudah jelas, bukan?”. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam mengenal atau menganalisis tingkat pemahaman siswa sangat dibutuhkan dan sangat penting dalam proses memberikan penjelasan.
- Tidak semua siswa dapat menggali atau memahami sendiri pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Oleh karena itu, guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tersebut.
- Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam memahami pelajaran. Guru perlu membantu siswa dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diberikan.
Macam-macam Teknik Menjelaskan
1. Bertanya
2. Penjelasan
3. Memberikan
contoh
Komponen-komponen Keterampilan
Menjelaskan
1.
Merencanakan
Penjelasan yang diberikan guru perlu direncanakan dengan baik terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan yang menerima pesan.
2. Penyajian suatu penjelasan
Penjelasan yang diberikan guru perlu direncanakan dengan baik terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan yang menerima pesan.
2. Penyajian suatu penjelasan
Prinsip-Prinsip Menjelaskan
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan, antara lain :
- Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran.
- Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar kompetensi dan kompetensi dasar.
- Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar kompetensi yang sudah direncanakan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
- Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
Keterampilan Bertanya
Pengertian
keterampilan bertanya dasar secara etimologis diuraikan menjadi dua suku kata
yaitu “terampil dan tanya”. Menurut kamus bahasa Indonesia “bertanya” berasal
dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan
kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian tugas ataupun mampu dan
cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya secara sederhana dapat
diartikan dengan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam meminta keterangan
atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang menjadi lawan bicara.
Merujuk pada pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan, selain itu dimaksudkan adanya respon siswa.
Komponen-Komponen
1. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat.
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
Pemberian acuan.
Kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.
2. Pemindahan giliran.
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
3. Penyebaran.
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.
4. Pemberian waktu berfikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu untuk berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab.
5. Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
Prinsip-Prinsip Keterampilan Bertanya
Prisip-prisip yang harus diperhatikan dalam menggunakan keterampilan bertanya antara lain:
1. Kehangatan dan keantusiasan
Suasana pembelajaran harus diciptakan dalam kondisi yang menyenangkan, sehingga merasa nyaman dan betah dalam belajar. Salah satu upaya mengembangkan suasana pembelajarana yang menyenangkan antara lain yaitu bagaimana pertanyaan yang diajukan memiliiki nuansa psikologis yang hangat dan mendorong semangat belajar yang tinggi.
2. Memberikan waktu berfikir
Setelah guru mengajukan pertanyaan hendaknya tidak langsung menunjuk salah seorang dari siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya tetapi memberikan kelonggaran (waktu) kepada siswa untuk memikirkan atau menemukan jawaban atas pertanyaannya.
Merujuk pada pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan, selain itu dimaksudkan adanya respon siswa.
Komponen-Komponen
1. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat.
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
Pemberian acuan.
Kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.
2. Pemindahan giliran.
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
3. Penyebaran.
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.
4. Pemberian waktu berfikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu untuk berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab.
5. Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
Prinsip-Prinsip Keterampilan Bertanya
Prisip-prisip yang harus diperhatikan dalam menggunakan keterampilan bertanya antara lain:
1. Kehangatan dan keantusiasan
Suasana pembelajaran harus diciptakan dalam kondisi yang menyenangkan, sehingga merasa nyaman dan betah dalam belajar. Salah satu upaya mengembangkan suasana pembelajarana yang menyenangkan antara lain yaitu bagaimana pertanyaan yang diajukan memiliiki nuansa psikologis yang hangat dan mendorong semangat belajar yang tinggi.
2. Memberikan waktu berfikir
Setelah guru mengajukan pertanyaan hendaknya tidak langsung menunjuk salah seorang dari siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya tetapi memberikan kelonggaran (waktu) kepada siswa untuk memikirkan atau menemukan jawaban atas pertanyaannya.
Jenis-Jenis Pertanyaan
Jenis-jenis pertanyaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Klasifikasi Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
Menurut Beni (2008), Taksonomi Bloom merupakan salah satu cara yang dipakai dalam merumuskan tujuan pengajaran. Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas.
Ada tiga kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan kawan-kawan dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut aspek pikir); afektif (yang menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang menyangkut aspek keterampilan).
Dalam kaitannya dengan pertanyaan ini, maka domein yang digunakan ialah kognitif oleh karena seseorang yang bertanya berarti ia berpikir (aspek pikir yang diutamakan). Untuk domein kognitif ini ada enam tingkatan, yang masing-masing tingkat dituntut proses berpikir yang berbeda. Sesuai dengan tingkat kesukarannya dari keenam tingkatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan ialah:
Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih rendah:
pengetahuan (knowledge)
pemahaman (comprehension)
penerapan (application)
Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih tinggi:
analisis (analysis)
sintesis (synthesis)
evaluasi (evaluation)
2. Pertanyaan Berdasarkan Maksudnya
Menurut Hutasoit (2010), pertanyaan berdasarkan maksudnya, terdiri atas:
Pertanyaan permintaan ( compliance question) adalah pertanyaan yang mengharapkan peserta didik mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pernyataan.
Pertanyaan retoris (rhetorical question) adalah pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru, dengan maksud hanya menyampaikan informasi kepada peserta didiknya.
Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah pertanyaan yang bermaksud memberi arah atau menuntun peserta didik sehingga dapat menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. Pertanyaan ini diperlukan jika guru ingin agar peserta didiknya memperhatikan dengan seksama bagian-bagian tertentu atau pokok inti dari bahan yang disajikannya.
Pertanyaan menggali (probing question) adalah pertanyaan lajutan yang dapat mendorong peserta didik untuk lebih mendalami jawaban atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Jenis pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendorong peserta didik meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan.
3. Pertanyaan Berdasarkan Tujuannya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan maksudnya terdiri atas:
1. Pertanyaan Kognitif
2. Pertanyaan Performansi
3. Pertanyaan Konsekuensi
4. Pertanyaan Eksplorasi
4. Pertanyaan Berdasarkan Sifatnya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan sifatnya terdiri atas:
Pertanyaan Ingatan
Pertanyaan Pemahaman
Pertanyaan Analisis
Pertanyaan Sintesis
Pertanyaan Evaluasi
5. Pertanyaan Berdasarkan Caranya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan caranya terdiri atas:
Pertanyaan Mengarahkan
Pertanyaan Menggali
Pertanyaan Memancing
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Mengajukan Pertanyaan dalam Proses Mengajar pada Siswa
Tujuan
Tujuan yang dicanangkan guru dalam mengajukan suatu pertanyaan harus jelas.
Penyusunan Kata-Kata
Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus disusun dengan kata-kata yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswanya dan harus memahami bahwa pembendaharaan kata-kata dan pemahaman terhadap kata-kata antara guru dan siswa berbeda.
Struktur
Selama proses belajar mengajar, sebaiknya guru memberikan informasi yang relevan dengan tugas atau pertanyaan yang diajukan pada siswa baik sebelum maupun sesudah pertanyaan itu diajukan.
Pemusatan
Pemusatan sangat penting dalam ruang lingkup pertanyaan yang diberikan guru agar pertanyaan tidak meluas ke topik-topik yang lain yang bukan menjadi tujuan materi yang diajarkan. Pemusatan lainnya yaitu perhatian terhadap jumlah pertanyaan yang diberikan pada siswa.
Pindah Gilir
Agar respon dari siswa tetap ada dalam proses belajar mengajar, guru dapat melakukan pindah gilir terhadap pertanyaan yang diajukan
Distribusi/Penyebaran
Untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar, guru disarankan mendistribusikan pertanyaan secara acak selama proses belajar mengajar.
Pemberian Waktu
Guru perlu memberikan waktu bagi siswanya untuk berpikir sebelum menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru.
Pemberian Tuntunan
Guru dapat memberikan tuntunan pada siswa untuk meberikan jawaban dengan baik dan benar, misalnya dengan menanggapi jawaban yang kurang tepat atau jawaban yang salah yang diberikan siswa.
Antusias dan Hangat
Sikap antusias dan hangat yang diberikan guru pada siswa dapat memberikan arti dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.
Jenis-jenis pertanyaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Klasifikasi Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
Menurut Beni (2008), Taksonomi Bloom merupakan salah satu cara yang dipakai dalam merumuskan tujuan pengajaran. Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas.
Ada tiga kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan kawan-kawan dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut aspek pikir); afektif (yang menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang menyangkut aspek keterampilan).
Dalam kaitannya dengan pertanyaan ini, maka domein yang digunakan ialah kognitif oleh karena seseorang yang bertanya berarti ia berpikir (aspek pikir yang diutamakan). Untuk domein kognitif ini ada enam tingkatan, yang masing-masing tingkat dituntut proses berpikir yang berbeda. Sesuai dengan tingkat kesukarannya dari keenam tingkatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan ialah:
Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih rendah:
pengetahuan (knowledge)
pemahaman (comprehension)
penerapan (application)
Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih tinggi:
analisis (analysis)
sintesis (synthesis)
evaluasi (evaluation)
2. Pertanyaan Berdasarkan Maksudnya
Menurut Hutasoit (2010), pertanyaan berdasarkan maksudnya, terdiri atas:
Pertanyaan permintaan ( compliance question) adalah pertanyaan yang mengharapkan peserta didik mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pernyataan.
Pertanyaan retoris (rhetorical question) adalah pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru, dengan maksud hanya menyampaikan informasi kepada peserta didiknya.
Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah pertanyaan yang bermaksud memberi arah atau menuntun peserta didik sehingga dapat menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. Pertanyaan ini diperlukan jika guru ingin agar peserta didiknya memperhatikan dengan seksama bagian-bagian tertentu atau pokok inti dari bahan yang disajikannya.
Pertanyaan menggali (probing question) adalah pertanyaan lajutan yang dapat mendorong peserta didik untuk lebih mendalami jawaban atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Jenis pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendorong peserta didik meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan.
3. Pertanyaan Berdasarkan Tujuannya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan maksudnya terdiri atas:
1. Pertanyaan Kognitif
2. Pertanyaan Performansi
3. Pertanyaan Konsekuensi
4. Pertanyaan Eksplorasi
4. Pertanyaan Berdasarkan Sifatnya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan sifatnya terdiri atas:
Pertanyaan Ingatan
Pertanyaan Pemahaman
Pertanyaan Analisis
Pertanyaan Sintesis
Pertanyaan Evaluasi
5. Pertanyaan Berdasarkan Caranya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan caranya terdiri atas:
Pertanyaan Mengarahkan
Pertanyaan Menggali
Pertanyaan Memancing
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Mengajukan Pertanyaan dalam Proses Mengajar pada Siswa
Tujuan
Tujuan yang dicanangkan guru dalam mengajukan suatu pertanyaan harus jelas.
Penyusunan Kata-Kata
Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus disusun dengan kata-kata yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswanya dan harus memahami bahwa pembendaharaan kata-kata dan pemahaman terhadap kata-kata antara guru dan siswa berbeda.
Struktur
Selama proses belajar mengajar, sebaiknya guru memberikan informasi yang relevan dengan tugas atau pertanyaan yang diajukan pada siswa baik sebelum maupun sesudah pertanyaan itu diajukan.
Pemusatan
Pemusatan sangat penting dalam ruang lingkup pertanyaan yang diberikan guru agar pertanyaan tidak meluas ke topik-topik yang lain yang bukan menjadi tujuan materi yang diajarkan. Pemusatan lainnya yaitu perhatian terhadap jumlah pertanyaan yang diberikan pada siswa.
Pindah Gilir
Agar respon dari siswa tetap ada dalam proses belajar mengajar, guru dapat melakukan pindah gilir terhadap pertanyaan yang diajukan
Distribusi/Penyebaran
Untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar, guru disarankan mendistribusikan pertanyaan secara acak selama proses belajar mengajar.
Pemberian Waktu
Guru perlu memberikan waktu bagi siswanya untuk berpikir sebelum menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru.
Pemberian Tuntunan
Guru dapat memberikan tuntunan pada siswa untuk meberikan jawaban dengan baik dan benar, misalnya dengan menanggapi jawaban yang kurang tepat atau jawaban yang salah yang diberikan siswa.
Antusias dan Hangat
Sikap antusias dan hangat yang diberikan guru pada siswa dapat memberikan arti dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.
Kelebihan dan Kelemahan dari Keterampilan Bertanya
Kelebihan
Mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.
Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga pelajaran akan lebih menarik.
Menghilangkan verbalisme, individualisme dan intelektaulisma (Munsyi (1981:70) dalam Albantati, 2010).
Kelemahan
Mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.
Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada sentiment pribadi.
Tidak semua anak mengerti dan dapat mengajukan pendapat (Munsyi (1981:70) dalam Albantati, 2010).
Kelebihan
Mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.
Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga pelajaran akan lebih menarik.
Menghilangkan verbalisme, individualisme dan intelektaulisma (Munsyi (1981:70) dalam Albantati, 2010).
Kelemahan
Mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.
Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada sentiment pribadi.
Tidak semua anak mengerti dan dapat mengajukan pendapat (Munsyi (1981:70) dalam Albantati, 2010).
Keterampilan Memberikan Penguatan
Hakikat Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap
suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku
itu. Secara psikologis setiap orang mengharapkan adanya penghargaan terhadap
suatu usaha bahwa hasil yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan yang
diperolehnya, seseorang akan merasakan bahwa hasil perbuatannya tersebut
dihargai dan oleh karenanya akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan
prestasi atau berbuat yang terbaik dalam hidupnya.
Keterampilan dasar penguatan adalah
segala bentuk respons
yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah
laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi
atau umpan balik bagi siswa atas perbuatannya atau responnya yang diberikan
sebagai suatu dorongan koreksi. Melalui keterampilan penguatan (reinforcement)
yang diberikan guru, maka siswa akan merasa terdorong untuk memberikan respon
setiap muncul stimulus dari guru, atau siswa akan berusaha menghindari respon
yang dianggap tidak bermanfaat. Penguatan juga berguna untuk mendorong siswa
memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan kerjanya.
Penguatan hanya terbatas pada
pemberian balikan terhadap respons-respons yang betul, yang tampak dari jawaban
siswa sendiri. Dengan penguatan tadi, siswa dapat memisahkan mana yang betul
dan dapat dilanjutkan, dan mana ynag salah dan tidak perlu dilanjutkan.
Oleh karena itu guru harus melatih
dengan berbagai jenis penguatan dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam
pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi
untuk dikuasai oleh anak, akan tetapi bermuatan nilai-nilai edukatif untuk
membentuk pribadi-pribadi yang baik yang selalu saling menghargai.
Tujuan
dan Manfaat Penguatan
Pemberian respon
positif (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa, baik melalui kata-kata
(verbal) maupun non-verbal seperti dengan isyarat-isyarat tertentu, secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kepercayaan diri
siswa.
Adapun tujuan dari
pemberian penguatan alam pembelajaran antara lain adalah
1. Meningkatkan perhatian siswa; bahwa melalui penguatan yang
diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan merasa akan
merasa diperhatikan oleh gurunya. Dengan demikian perhatiansiswapun akan
semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan
kepada siswanya.
2. Membangkitkan
dan memelihara motivasi belajar siswa; apabila perhatian siswa semakin
baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnyapun akan semakian baik pula.
Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu melalui
penguatan.
3. Memudahkan siswa belajar; bahwa tugas guru sebagai fasilitator
pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar. Untuk memudahkan belajar
harus ditunjang kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan
memberikan renpon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian
siswa untuk mencoba, bereksporasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam
belajar.
4. Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa; rasa percaya diri
merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah
dan perasaan-perasaan negative yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses
pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil
perasaan-perasaan negative dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan
atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar
siswa.
5. Memelihara iklim kelas yang kondusif; suasana kelas yang
menyenagkan, aman, dan dinamis, akan mendorong aktivitas belajar siswa lebih
maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana akan lebih
demokratis sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat,
berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Hal ini
tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengirigi terhadap proses dan
hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.
Kelebihan Dalam Pemberian Penguatan Dalam
Pembelajaran
Pemberian penguatan dalam proses
pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan
dengan tepat, antara lain.
1) Dapat meningkatkan
perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2) Dapat
mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3) Dapat
menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4) Dapat
meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5) Dapat
mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam
memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila
guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan
tercapai secara maksimal.
Kelemahan Dalam Pemberian Penguatan Dalam
Pembelajaran
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana
dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan
kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang
diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian
penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian
penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi
bersifat materialistis.
Keterampilan Menggunakan Media Pembelajaran
1. Peran Media Dalam Komunikasi Dan Pembelajaran
Media adalah kata jamak dari
medium, yang artinya perantara. Dalam proses komunikasi media merupakan satu
dari empat komponen yang harus ada. Komponen yang lain, yaitu; sumber
informasi, informasi,dan penerima informasi.
2. Media Dalam Pembelajaran
Menurut Schramm (1977), Media
pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Briggs (1977) mendefinisikan media pembelajaran
sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Sedang
menurut Arief S. Sadiman (1986), media pembelajaran adalah segala sesuatau yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa, dan dengan
demikian terjadilah proses belajar.
3. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media dalam
pembelajaran adalah memperlancar interaksi guru dan siswa, dengan maksud untuk
membantu siswa belajar secara optimal. Namun demikian, secara khusus manfaat
media pembelajaran seperti dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (1985) yaitu:
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat
diseragamkan
b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi
e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
f. Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja
dan kapan saja
g. Sikap positif siswa terhadap proses belajar
dapat ditingkatkan
h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih
positif dan produktif
5. Jenis Dan Karakteristik Media Pembelajaran
Sesuai dengan klasifikasinya, maka setiap media
pembelajaran mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut
dapat dilihat menurut kemampuan media pembelajaran untuk membangkitkan
rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun
pembauan/penciuman. Dalam rangka memilih suatu media pembelajaran yang akan
digunakan oleh seorang guru pada saat melakukan proses belajar-mengajar,
karakteristik tersebut dapat disesuaikan dengan suatu situasi tertentu.
Berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai, media pembelajaran dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Media Grafis
Media grafis adalah suatu jenis media yang
menuangkan pesan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi verbal.
b. Media Audio
media audio berkaitan dengan indera pendengaran.
Pesan yang disapaikan melalui media audio dituangkan ke dalam lambang-lambang
auditif, baik verbal maupun 4 non verbal.beberapa media yang dapat dimasukkan
ke dalam kelompok media audio antara lain radio dan alat perekam pita
magnetic,alat perekam pita suara.
c. Media Projeksi
Media projeksi diam memiliki persamaan dengan media
grafis, dalam arti dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Media
Pembelajaran
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan media
adalah:
a. tujuan instruksional yang ingin dicapai
b. karakteristik siswa
c. jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio
atau visual),keadaan latar atau lingkungan, dan gerak atau diam
d. ketersediaan sumber setempat
e. apakah media siap pakai ataukah media rancang
f. kepraktisan dan ketahanan media
g. efektivitas biaya dalam jangka panjang
7. Media Pembelajaran Dua Dimensi Non Projeksi
Media dua dimensi non projeksi adalah media yang mempunyai dimensi panjang dan lebar
saja, yang penggunaannya tidak memerlukan bantuan perangkat projeksi.
Macam-macam media dua dimensi non projeksi yaitu : papan tulis, papan putih
magnetis, papan putih elektronik, papan flannel,alat lebar gantungan(ALG),alat
lebar sampiran (ALS),poster,handout,dan visualisasi data.
8. Strategi Pemanfaatan
Supaya media dapat digunakan secara efektif dan
efisien ada tiga langkah utama yang perlu diikuti dalam menggunakan media yaitu:
1. Persiapan Sebelum Menggunakan Media
Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik,
kita perlu membuat persiapan yang baik pula.pertama-tama pelajari buku petunjuk
yang telah disediakan.kemudian kita ikuti petunjuk-petunjuk itu.
2. Kegiatan Selama Menggunakan Media
Yang perlu dijaga selama kita menggunakan media
adalah suasana ketenangan. Gangguan-gangguan yang dapat menggangu perhatian dan
konsentrasi harus dihindarkan. Kalau mungkin, ruangan jangan digelapkan sama
sekali.
3. Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut ialah untuk
menjajagi apakah tujuan telah tercapai. Selain itu, untuk memantapkan pemahaman
terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui media bersangkutan.
Dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat, setiap orang dihadapkan
kepada masalah-masalah yang menuntut adanya pengambilan keputusan. Untuk itu
dibutuhkan forum diskusi (musyawarah) guna melatih keterampilan pengambilan
keputusan atau kata sepakat.
Dalam proses pembelajaran
tujuan yang hendak dicapai tidak terbatas pada pengetahuan saja, melainkan juga
pembentukan keterampiIan dan sikap.Karena itu menuntut adanya model
pembelajaran yang dapat melibatkan potensi peserta didik secara optimal, yaitu
suatu model pembelajaran yang menekankan penggunaan metode diskusi kelompak dalarn pelaksanaannya.
Diskusi kelompok kecil, yaitu percakapan
dalam kelompok yang memenuhi syarat:
a. Melibatkan kelompak
yang banyak anggotannya berkisar antara tiga sampai sembilan orang
b. Berlangsung dalam
interaksi secara bebas dan langsung
c. Mempunyai tujuan
tertentu yang akan dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok
d. Berlangsung menurut
proses yang teratur dan sistematis menuju suatu kesimpulan.
Jadi keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil adalah melaksanakan kegiatan membimbing
peserta didik agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil secara efektif
dalarn rangka mencapai indikator .
Tujuan
a. Memberikan
pengalaman kepada peserta didik daiam menjelajahi gagasan baru atau masalah
yang menuntut pemecahan.
b. Mengernbangkan
kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
c. Melibatkan peserta
didik dalam perencanaan dan meningkatkan pengambilan keputusan.
3. Prinsip Penggunaan
a. Diskusi Hendaknya
Berlangsung Dalam Iklim Terbuka.
b.Kegiatan diskusi
dapat berlangsung secara efektif jika didahului oleh perencanaan dan persiapan
yang matang
c. Pemanfaatan Secara
Maksimal Kekuatanlkeuntungan Diskusi
d.Menghindari atau
mengurangi kelemahan-kelemahan diskusi kelompok, antara lain:
Komponen
Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
a. Memusatkan perhatian
b. Memperjelas masalah atau urutan
pendapat sehingga peserta diskusi mendapat gambararn yang sama tentang apa yang
dikernukakan dan membantu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.
c. Menganalisis pandangan peserta
didik.
d. .Menganalisis pendapat peserta
didik, dengan jalan:
e. Menyebarkan kesempatan
berpartisipasi
f. Menutup diskusi
Agar guru menguasai ke enam keterampilan
diatas dengan baik hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan
diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat peserta didik dan latar
belakang pengetahunnya
2) Mendominasi
pembicraraan dengan pertanyaan yang terlampau banyak dan jawaban yang banyak
pula
3) Membiarkan peserta
didik tertentu monopoli pembicaraan
4) Membiarkan
terjadinya penyimpangan atau pembicaraan yang tidak relevan
5) Tergesa-gesa meminta
respon peserta didik atau terus mengisi waktu dengan berbicara, peserta didik
tidak sempat berpikir
6) Membiarkan peserta
didik enggan berpartisipasi
7) Tidak memperjelas
atau mendukung urtrn pendapat peserta didik
8) Gagal mengakhiri
diskusi secara efektif
Keterampilan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas secara umum
adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal.
Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad (1995:2), tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
- Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
- Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
- Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
Tujuan pengelolaan kelas menurut
Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan
pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah:
- Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
- Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
- Terciptanya suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah
2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di
kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efisien.
Komponen Katerampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu:
Komponen Katerampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu:
- Preventif, keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
- Represif, keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Dalam melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas , perlu diperhatikan pinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Tantangan
3. Bervariasi
4. Keluwesan
5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
6. Penanaman disiplin diri
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Secara umum peran guru dalam mengelola kelas yaitu:
a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
b. Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas.
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
Kelebihan dan Kekurangan dalam Pengelolaan Kelas
Setiap keterampilan pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan ini akan muncul jika seorang guru mampu membawa suasana dan terampil dalam mengelola kelas. Namun kekuarangan atau kejelekan pengelolaan kelas ini akan muncul atau guru merasa kewalahan bila belum memahami langkah memahami keterampilan ini.
a. Kekurangan
Dalam melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas , perlu diperhatikan pinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Tantangan
3. Bervariasi
4. Keluwesan
5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
6. Penanaman disiplin diri
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Secara umum peran guru dalam mengelola kelas yaitu:
a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
b. Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas.
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
Kelebihan dan Kekurangan dalam Pengelolaan Kelas
Setiap keterampilan pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan ini akan muncul jika seorang guru mampu membawa suasana dan terampil dalam mengelola kelas. Namun kekuarangan atau kejelekan pengelolaan kelas ini akan muncul atau guru merasa kewalahan bila belum memahami langkah memahami keterampilan ini.
a. Kekurangan
- Susah diterapkan
- Biasanya hanya diterapkan pada tingkat SMP ke atas
- Perlu menjaga wibawa dan cara bergaul guru
- Senantiasa fokus pada kelas dan segala permasalahannya
b. Kelebihan
- Sangat efektif dalam pembelajaran
- Siswa menjadi sangat nyaman bila ini sukses dilakukan
- Menjadi pembelajaran yang nyaman
- Siswa menjadi cepat menanggapi setiap pembelajaran yang ada
- Guru menjadi enak dalam melanjutkan materi selanjutnya
Keterampilan
Mengadakan Variasi Pembelajaran
Salah
satu komponen belajar mengajar adalah keterampilan-ketarmpilan dasar
mengajar termasuk di dalamnya keterampilan mengadakan variasi yang berguna
untuk mengatasi kejenuhan atau kebosanan yang dialami siswa dalam kegiatan atau
proses pembelajaran dan juga untuk mengatasi kondisi ruangan yang tidak nyaman,
performance guru kurang menyejukkan hati peserta didik serta materi yang
diajarkan kurang menarik.
Keterampilan menggunakan variasi adalah suatu keterampilan mengajar yang
harus dikuasai guru dengan tujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dan
kejenuhan siswa dalam menerima bahan pengajaran yang diberikan guru serta
untuk mengacu dan mengingat perhatian siswa sehingga siswa dapat aktif dan
terpartisipasi dalam belajarnya. Tujuan mengadakan variasi menurut Marno dan
Idris (2008 : 160) menyebutkan lima tujuan menggunakan variasi mengajar.
- Menarik perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang tengah dibicarakan.
- Menjaga kelestarian proses pembelajaran baik secara fisik meupun metal.
- Membangkitkan motivasi belajar selama proses pembelajaran.
- Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran.
- Memberikan kemungkinan layanan pembelajaran individual.
Prinsip-prinsip penggunaan variasi.
Penggunaan keterampilan menggunakan variasi, mengajar seyogyanya memenuhi prinsip-prinsip :
Penggunaan keterampilan menggunakan variasi, mengajar seyogyanya memenuhi prinsip-prinsip :
- Relevan dengan tujuan pembelajaran bahwa variasi mengjar digunakan untuk menunjang tercapainya kompetensi dasar
- Kontinyu dan fleksibel artinya variasi digunakan secara terus menerus selama KBM sesuai kondisi.
- Antusiasme dan hangat yang ditunjukkan oleh guru KBM berlangsung.
- Relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik (LP31, 2010: 132)
Komponen-komponen keteramnpilan
dasar mengajar mengadakan variasi meliputi :
Variasi dalam gaya mengajar
1. Menggunakan Variasi Suara
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah dan cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2. Pemusatan perhatian siswa
Guru dapat memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting, dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan anak.
3. Kesenyapan Guru
Adanya kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa.
4. Mengadakan kontak pandang dan gerak.
Apabila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang akrab dengan mereka.
5. Gerak badan dan mimik
Variasi dari expresi wajah guru. Gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dan pesan lisan yang di maksudkan.
6. Pergantian posisi guru dalam kelas
Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa, terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran dalam kelas, gerakan hendaknya bebas. Tidak kaku dan hindarkan tingkah laku negatif (E. Mulyosa, 2004 : Hasi Buan, dkk, 1994 : Raplis, 1985).
Variasi Dalam Menggunakan Media Pembelajaran
1. Variasi media yang dapat dilihat.
1. Menggunakan Variasi Suara
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah dan cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2. Pemusatan perhatian siswa
Guru dapat memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting, dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan anak.
3. Kesenyapan Guru
Adanya kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa.
4. Mengadakan kontak pandang dan gerak.
Apabila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang akrab dengan mereka.
5. Gerak badan dan mimik
Variasi dari expresi wajah guru. Gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dan pesan lisan yang di maksudkan.
6. Pergantian posisi guru dalam kelas
Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa, terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran dalam kelas, gerakan hendaknya bebas. Tidak kaku dan hindarkan tingkah laku negatif (E. Mulyosa, 2004 : Hasi Buan, dkk, 1994 : Raplis, 1985).
Variasi Dalam Menggunakan Media Pembelajaran
1. Variasi media yang dapat dilihat.
Media yang
termasuk ke dalam jenis ini ialah gerafik, bagan, poster, gambar. Film, dan
slide. Variasi media yang dapat di dengar. Media yang termasuk ke dalam jenis
ini adalah rekaman suara, suara radio, musik, dll.
Variasi media
yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan. Yang termasuk ke dalam jenis
ini ialah peragaannya dilakukan oleh guru atau siswa, patung, topeng, dan
lain-lain.
2. Variasi media yang dapat di dengar, dilihat dan dapat diraaba.
Media yang temasuk ke dalam jenis ini adalah film tv, cd, proyektor, yang diiringi oleh penjelasan guru.
Ketrampilan
Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan
mengajar adalah “melatih”. DeQueliy dan Gazali (Slameto, 2010:30)
mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan
cara paling singkat dan tepat. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang
dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat
kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman
seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.
Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa
tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pengertian untuk ketrampilan mengajar kelompok
kecil dan perseorangan adalah kecakapan menanamkan pengetahuan yang dilakukan
pada sekelompok siswa dan pada siswa secara individu (Muhidin, 2011).
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah
berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil, dan
seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa (Muhidin, 2011).
Peranan Guru
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, maka guru
berperan sebagai:
1. Organisator Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Tugas guru sebagai organisator dalam
kegiatan pembelajaran adalah menentukan dan mengarahkan bagaimana cara siswa
melakukan kegiatan, mengatur lingkungan belajar, dan mengoptimalkan sumber
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Sumber Informasi Bagi Siswa
Guru adalah salah satu sumber informasi bagi
siswa. Informasi yang disampaikan guru dapat berupa informasi mengenai
langkah-langkah pelaksanaan tugas, mauun informasi lain yang diperlukan siswa
untuk mengajar kelompok kecil dan perorangan.
3. Pendorong Siswa Untuk Belajar Motivator
Agar siswa mau belajar, maka guru memberikan
dorongan (motivasi) kepada siswa. Sebagai motivator , guru harus menciptakan
kondisi kelas yang merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam
kelompok kecil dan perorangan
Untuk menjadi motivator belajar guru hendaknya:
- Mengetahui kebutuhan para siswa dan latar belakang pribadinya sehingga upaya memberikan motivasi belajar kepada siswa sejalan dengan kebutuhan siswa tersebut.
- Menjalin hubungan baik dan harmonis dengan para siswa agar kepatuhan dan kepercayaan siswa kepada guru tertanam pada siswa.
- Kaya akan berbagai bentuk dan jenis upaya untuk melakukan motivasi kepada siswa.
- Memiliki perasaan humor yang positif dan normative sehingga tetap disegani dan disenangi oleh siswa.
- Menampilkan sosok kepribadian guru yang menjadi panutan siswa.
4. Pendiagnosaan Kesulitan Siswa serta Pemberian Bantuan Sesuai
Kebutuhan Siswa
Guru mempunyai peranan sebagai diagnostician dalam proses
belajar mengajar, yaitu mengenal anak secara individual mengenai kemajuan
belajar, kelemahan mereka, kesulitan yang mereka hadapi, dan memberikan bantuan
sesuai kebutuhan siswa.
5. Penyediaan Materi Dalam Kesempatan Belajar Bagi Siswa
Guru juga bertugas menyediakan pelajaran yang akan dipelajari
siswa dalam pengajaran kelompok kecil maupun perorangan. Berbagi sumber yang
diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar tersebut perlu disediakan agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
6. Guru Mempunyai Hak Dan Kewajiban Yang sama Seperti Siswa
Guru sebagai peserta kegiatan mempunyai hak dan kewajiban
yang sama seperti siswa berarti guru ikut menyumbangkan pendapatnya untuk
memecahkan masalah atau mencari kesepakatan bersama seperti halnya para siswa.
Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi Agar Pengajaran Kelompok
Kecil dan Perorangan Dapat Terwujud
Pada dasarnya, siswa mempunyai karakteristik yang sangat
berbeda satu dengan lainnya. Untuk melayani perbedaan ini, diperlukan variasi
pengorganisasian kegiatan klasikal, kelompok kecil, dan perorangan.Pengajaran
kelompok kecil dan perorangan hanya mungkin terwujud jika terpenuhi
syarat-syarat berikut.
- Ada hubungan yang sehat dan akrab antara guru-siswa dan antar siswa.
- Siswa belajar dengan kecepatan, kemampuan, cara, dan minat sendiri.
- Siswa mendapat bantuan sesuai dengan kebutuhannya.
- Siswa dilibatkan dalam perencanaan belajar.
- Guru dapat memainkan berbagai peran (Adikara, 2008).
Komponen Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan.
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
terdiri dari:
a. Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, yang
ditampilkan dengan cara:
- Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,
- Mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
- Merespon secara positif pendapat siswa,
- Membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
- Menunjukkan kesiapan untuk membantu,
- Menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta
- Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
b. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, yang
ditampilkan dengan cara:
- Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,
- Memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
- Membentuk kelompok yang tepat,
- Mengkoordinasikan kegiatan,
- Membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta
- Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.
c. Keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar,
yang ditampilkan dengan cara
- Memberi penguatan secara tepat,
- Melaksanakan supervisi proses awal,
- Melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
- Melaksanakan supervisi pemaduan.
d. Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:
- Membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
- Merancang kegiatan belajar,
- Bertindak sebagai penasihat siswa, serta
- Membantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri (Sofa, 2010).
Prinsip-Prinsip dalam Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Guru yang terbiasa mengajar secara klasikal,sebaiknya mulai belajar mengajar dengan menggunakan kelompok kecil dan kemudian perorangan.
- Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan perorangan.
- Pengorganisasian siswa, sumber materi serta waktu merupakan langkah pertama yang diperhatikan guru.
- Kegiatan pengajaran harus diakhiri dengan kulminasi.
- Dalam pengajaran perorangan guru perlu mengenal sisswa secara pribadi.
Kelebihan dan Kelemahan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan
- Kelebihan
- Dalam proses mengajar ini memungkinkan penyerapan pelajaran pada setiap siswa dapat lebih maksimal.
- Guru dapat lebih mudah melakukan pendekatan pada setiap masing-masing siswa sehingga guru dapat memahami karakter masing-masing siswa, jadi guru lebih mudah menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk siswa.
- Kelemahan
- Pengembangan informasi kurang luas karena keterbatasan siswa.
- Kurangnya motivasi siswa dalam bersaing karena variasi karakter siswa terbatas.
- Kurangnya jiwa social pada siswa.
Komentar
Posting Komentar