mengelola kelas yang menyenangkan


A. Apa yang salah dengan ekspektasi?
Ekspektasi atau dalam bahasa inggris disebut expectation yang diartikan secara sederhana sebagai angan – angan, harapan, dan impian. Ekspektasi dapat lahir dari semua imajinasi kita tentang apa yang terjadi di masa datang. Ekspektasi juga dapat lahir dari adanya peluang untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi target atau capaian berdasarkan rencana yang telah disusun. Ekspektasimelahirkan optimisme seseorang terhadap kehidupannya serta melahirkan optimisme terhadap apa yang akan diperolehnya. Manusia di dunia telah menanggap optimisme itu lebih baik dari sikap pesimisme. Sikap optimisme sampai saat ini masih kita anggap baik, dan katakanlah itu baik. Pembahasan ini akan menarik jika kita sandingkan dengan satu hal yang lebih pasti terjadidibandingkan sikap optimismedan pesimisme, yaitu realitas.
Lalu, apakah salah kita berekspektasi. Ekspektasi itu apakah harus benar – benar dihilangkan dari pikiran kita. Jawabannya ialah hilangkan ekspektasi itu jika membuat kita terlalu membayangkan hasil akhirnya daripada proses.
Ekspektasi itu harus selalu ada namun tempatkan di balik wajah kita. Wajah kita harus dipenuhi dengan kenyataan bahwa proses masih berjalan dan sedang diupayakan, serta masih banyak kemungkinan yang terjadi. Sikap seperti demikian akan melahirkan sikap kehati – hatian yang dapat diwujudkan dalam beberapa hal seperti cara bertutur kata, menyikapi permasalahan, kerendah hatian, dan lain sebagainya. Sikap kehati – hatian akan menghindarkan kita dari sikap yang akan merugikan orang lain. Sikap tersebut juga akan melahirkan sikap kerendahan hati sehingga kita tidak akan dikuasai oleh ekspektasi yang ada pada diri dan ekspektasi yang diberikan orang lain. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, bahwa ekspektasibarulah sebuah gambar dan belum berwujud sehingga dalam hal ini realitas belum terpenuhi.
Optimisme tidak sepenuhnya benar dan pesimisme tidak sepenuhnya salah. Optimisme tidak sepenuhnya benar berartibahwa optimisme yang sangattinggi akan mengurangi kewaspadaan kita terhadap kemungkinan – kemungkinan lain yang akan memupuskan ekspektasi. Pada sisi yang lain,kita tidak sempat menyadari hal tersebut sehingga akan menjadi terlambat dalam menyikapinya. Pesimisme tidak sepenuhnya salah menandakan bahwa perlunya melihat kemungkinan yang akan terjadi sehingga kita perlu mempersiapkan rencana lain untuk menyikapi sesuatu hal. Rencana tersebut akan sangat bermanfaat ketika ternyata ekspektasi kita memang benar – benar tidak terjadi dan membuat waktu kita lebih efisien untuk mengerjakan rencana yang lain. Optimisme dan pesimisme dalam hal ini masih tetap berkaitan antara satu dengan yang lain. Sikap yang tidak baik dan benar ialahjika bersikap sepenuhnya optimis dan sepenuhnya pesimis. Sepenuhnya optimis terhadap ekspektasi akan menimbulkan kekecewaan dan kebencian ketika realitas tidak sesuai, sepenuhnya pesimis justru akan hanya menghilangkan ekspektasi sehingga ketidakjelasan tujuanyang akan diperoleh.
Kebijaksanaan dalam memperlakukan ekspektasi menjadi penting agar kita lebihwaspada terhadap apa yang akan terjadi. Berekspektasi itu perlu namun sewajarnya, letakkan ekspektasi dan fokus pada proses.

B. Mengubah ekspektasi menjadi instruksi
Jane Bluestein memberikan strategi pengelolaan implementasi instruksi dengan cara mengubah ekspektasi menjadi instruksi, adapun ketentuannya sebagai berikut:
a.Ekspektasi / harapan merupakan bayangan yang kita harapkan bakal menjadi kenyataan, dan biasanya ini sangat bertolak belakang dengan realita yang ada
Agar ekspektasi guru menjadi kenyataan maka perlu di instruksikan apa yang di harapkan guru kepada siswa.
b.Siswa memerlukan instruksi yang jelas untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
c.Dalam memberikan instruksi guru menggunakan bahasa yang mudah di pahami siswa dan memberikan petunjuk yang mudah dimengerti oleh siswa.
d.Guru dapat memperjelas apa yang di inginkan kemudian menyusun instruksi / perintah tahap demi tahap dengan menggunakan bahasa yang bisa dipahami dan tidak disalah artikan oleh siswa.
e.Dalam memberikan instruksi bisa menggunakan bermacam cara baik secara verbal maupun tulisan.
f.Instruksi yang baik menyediakan konstruksi / landasan untuk memulai pekerjaan.[17]
Kemudian Jane Bluestein memberikan saran-saran agar guru tidak perlu mengulangi instruksi kepada siswa sebagai berikut:
a.Pastikan guru sudah mendapatkan perhatian siswa, tunggu hingga siswa selesai bicara, menulis, atau berbenah sebelum guru mulai bicara, kemudian gunakan sinyal auditori (seperti bunyi lonceng / bel / kata-kata “lihat saya, haraptenang”) untuk membantu mengalihkan perhatian siswa.
b.Berikan instruksi secara verbal sesingkat dan sejelas mungkin.
c.Pastikan instruksi tersebut tersedia dalam bentuk tulisan, misalnya pada papan tulis / kertas.
d.Ijinkan siswa saling bertanya untuk mengklarifikasi.
e.Beritahu orang tua siswa apa saja kebijakan guru dalam memberikan tugas dan petunjuk sebelum mengimplementasikannya serta pilihan-pilihan apa saja yang diberikan kepada siswa

C. Apa yang harus saya lakukan
1. Pengaturan Tata ruang,
sebagian kondisi fisik ruangkelas memiliki pengaruh terhadap kemungkinan munculnya gangguan. Tata ruang tersebut meliputi temperatur ruangan, pencahayaan, ventilasi, penempatan perabot kelas, sarana prasarana kelas, instalasi listrik, dan sebagainya.
2. Distribusi tanggungjawab, guru bisa mencegah munculnya gangguan dengan mendistribusikan tanggungjawab tertentukepada siswa yang bisa dirotasi sepanjang tahun sehingga semua siswa memiliki peluang sama. Distribusi tersebut seperti pembagian tugas organisasi kelas, kelompok belajar, tugas materi pelajaran, dan piket kebersihan harian.
3.Pendidikan antar teman, dalam hal ini guru mengarahkan kepada siswa untuk saling membantu / menolong siswa lainnya yang kesulitan dalam belajar, maupun memberikan tugas yang dikerjakan secara kelompok. Seperti contoh anak yang pandai membantu belajar anak yang kurang pandai.
4.Gaya kepemimpinan dan suasana kelompok, guru dapat membentuk beberapa kelompok dan setiap kelompok dipimpin oleh ketua yang ditunjuk secara demokratis dalam suatu kelompok tersebut. Para ketua tersebut dilatih untukmemimpin kelompoknya secara demokratis, dan toleran sehingga tercipta kelompok yang solid.
5.Teknik kepemimpinan dalam kelas, dalam hal ini guru perlu belajar mengenai manajemen kelas. Teknik ini mengharuskan para guru memiliki keterampilan dalam membagi perhatian mereka terhadap beberapa individu maupun kelompok dalam kelas, sehingga membantu guru dalam mengimplementasikan kegiatan-kegiatan selanjutnya.
6.Hubungan pertemanan, dalam hal ini guru mengajarkan kepada siswa pentingnya kerjasama antar siswa dalam hal-hal tertentu, saling berkompetisi, dan saling bekerja mandiri. Dalam hal ini para siswa umumnya lebih senang dengan pola bekerjasama antar teman dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, karena dengan bekerja sama para siswa mampu belajar lebih banyak dari teman lainnya.

D. Meningkatkan kesuksesan
1. Memahami teori pembelajaran
Teori tentang pembelajaran harus dikuasai namun tidak diterapkan mentah-mentah. Referensi digunakan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa di lapangan.
2. Karakter siswa
berbeda di daerah pedesaan atau perkotaan, sekolah unggulan dan non unggulan. Itu artinya, mengelola pembelajaran tidak dapat disamaratakan caranya. Misalnya ketika mengelola pembelajaran di kelas non-unggulan akan berbeda dengan mengajar dikelas unggulan.
3. Menguasai materi pembelajaran
Guru harus menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan. Dengan demikian guru akanpercaya diriberdiri di depan kelas tanpa banyak melihat buku sumber.Tersendatnya pembelajaran sering disebabkan karena guru kurang menguasai materi pelajaran. Atau guru tidak siap mengajar karena situasi dan keadaan tertentu.
4. Gaya mengajar yang khas
Yang tak kalah penting adalah stil ataugaya mengajar yang ditunjukkan guru ketika menghadapi siswa di dalam kelas. Gaya mengajar meliputi penampilan, gaya dan cara berbahasa, serta sikap guru.Pembelajaran akan mudah dikelola melalui unsur-unsurstil mengajar yang disebutkan. Guru perlu memiliki stil mengajar yang khas.
5. Gunakan metode mengajar yang pas
Metode mengajardisesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran dan peserta didik. Metode ceramah digunakan bila guru yakin akan kemampuan berceramah cukup memadai.Akan tetapi jika tidak memungkinkan, guru dapat menggunakan metode lain yang dianggap dapat memudahkan dalam mengatur siswa dengan baik.
6. Kontrol disiplin belajar
Disiplin belajardilaksanakanbersifat konsisten dan kontinyu. Ada aturan yang jelas dan spesifik sebelum memulai maupun mengakhiri pembelajaran. Misalnya, pelajaran belum akan dimulai sebelum semua siswa berada dalam.Kalau pelajaran sudah diumulai, siswa yang terlambat tidak boleh masukkelas. Konsentrasi belajar akan buyar ketika siswa datang terlambat dan diizinkan masuk kelas.
7. Kesiapan siswa
Tidak memulai belajar kalau siswa belum siap adalah langkah efektif untuk mengelola siswa. Siap mental menerima pelajaran, siap peralatan belajar seperialat tulis, dan lain sebagainya.

Komentar

Postingan Populer