Peran guru dalam pembelajaran



Peran Guru Dalam Pembelajaran

1.      Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran.
a.      Hakikat Prosedur Pembelajaran.
            Proses pembelajaran sebagai proses implementasi kurikulum, menuntut peran guru untuk mengartikulasikan program-program pembelajaran dalam suatu tindakan yang akurat dan adekuat. Peran ini hanya mungkindilakukan jika guru memahami betul tujuan dan isi kurikulum serta segala perangkatnya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang optimal.
            Istilah pembelajaran bukanlah hal yang baru dikenal bahkan mungkin kita tidak hanya mengenal istilah itu melainkan pernah melakukannya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan proses pembelajaran?. Apakah pembelajaran itu proses menyampaikan pengetahuan kepada siswa?. Proses melatih siswa sehingga dia terampil melakukan sesuatu?. Atau membantu siswa belajar?.

1.1. Pembelajaran sebagai inkuiri refleksi.
            Cara kita memandang esensi pembelajaran akan bergantung kepada bagaimana kita memandang pendidikan. Apakah kita memandang pendidikan sebagai suatu hasil atau sebagai proses. Dengan kata lain apakah kita memandang pendidikan sebagai kualitas kata benda atau kualitas kata kerja. Cara kita membedakan kedua hal ini akan mempengaruhi cara mempelajari pendidikan dan perilakunkita sebagai guru. Jika pendidikan dipandang sebagai benda, berarti pendidikan itu adalah sesuatu yang telah diperoleh. Sedangkan jika dipandang sebagai kata kerja, pendidikan adalah proses inkuiri yang berkelanjutan.
            Pandangan terakhir adalah pandangan yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebih efektif dan mengarah kepada pengembangan profesi guru dan perkembangan siswa secara optimal. Di dalam kajian ini, proses pembelajaran dipandang sebagai proses membantu peserta didik belajar, membantu peserta didik mengembangkan dan mengubah perilaku (pengetahuan, efektif, dan psikomotorik), proses membantu peserta didik merangkai gagasan, sikap, pengetahuan, apresiasi dan keterampilan.
            Didalam pembelajaran, guru terlibat secara mendalam didalam berbagai kegiatan seperti menjelaskan, merumuskan, membuktikan, menyipulkan, dan mengklasifikasikan. Guru tidak sekedar bertugas mentransfer pengetahuan, sikap, dan keterampilan, mereka membantu peserta didik menerjemahkan semua aspek itu kedalam perilaku-perilaku yang berguna dan bermakna.        
            Sebagai proses inkuiri reflektif, pembelajaran mengandung makna sebagai proses sintesis dan analisis. Inkuiri di dalam pembelajaran mengandung makna mempertanyakan, menjelajahi lebih jauh, dan memperluas pemahaman tentang situasi. Sedangkan refleksi mengimplikasikan adanya dugaan, penilaian, dan pertimbangan faktor-faktor yang signifikan terhadap pencapaian tujuan. Dengan kata lain proses pembelajaran sebagai inkuiri refleksi sangat menekankan unsur aktivitas dan dinamika proses yang harus dipahami dan dihayati guru. Proses pembelajaran tidak sekedar menjadi wahana belajar bagi peserta didik tetapi juga wahana belajar bagi guru. Di dalam proses pembelajaran terjadi proses menjawab pertanyaan, mempertanyakan jawaban, dan mempertanyakan pertanyaan. Proses pembelajaran adalah proses yang dinamis, proses yang berkembang terus, dan didalam proses itu akan terjadi proses belajar. Dalam proses pembelajaran terkandung proses mengajar dan belajar, sebagai dua proses yang saling bergantung, mengajar hanya akan ada jika terjadi proses belajar.
            Proses pembelajaran sebagai inkuiri reflektif akan menempatkan guru sebagai :
a.       Individu yang secara terus-menerus aktif belajar, juga berperan sebagai siswa.
b.      Seorang guru yang menantang siswanya untuk menjadi pelajar yang reflektif.
c.       Seorang profesional yang secara terus-menerus merefleksikan keefektifannya sebagai guru, serta
d.      Seorang profesional yang selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya.



1.2.Perkembangan sebagai tujuan pembelajaran.  
             Bukan hal mustahil bahwa pembelajaran yang ekselen (unggul) dikerjakan oleh guru-guru artistik yang tidak memiliki konsep yang jelas tentang tujuan tetapi mereka secara intuitif memiliki pemahaman tentang apa proses pembelajaran yang baik, materi sajian apa yang dianggap penting/bermakna, topik apa yang relevan dengan pengembangan peserta didik, bagaimana menyajikan bahan secara efektif, serta bagaimana menilai keberhasilan siswa. Akan tetapi jika suatu program pendidikan atau pembelajaran dirancang dan diupayakan untuk dilakukan perbaikan secara berkesinambungan, bagaimana juga pemahaman akan konsep-konsep tujuan yang hendak dicapai adalah suatu keharusan bagi guru. Tujuan pembelajaran menjadi tolak ukur untuk memilih bahan ajar, merancang isi tes ujian. Semua aspek program pembelajaran secara nyata merrupakan instrumen untuk mencapai tujuan. Artinya jika menelaah program pembelajaran secara sistematis dan cermat, maka pertama-tama yang harus diyakini adalah tujuan yang hendak dicapai.
             Salah satu hal yang harus dirisaukan atas praktek pendidikan adalah ketidakseimbangan pengembangan aspek intelektual dan nonintelektual. Seringkali terjadi bahwa proses pembelajaran lebih menekankan  pengembangan aspek intelektual sedangkan aspek nonintelektualkurang tersentuh. Bahkan dalam aspek intelektual pun sering kali hanya menyentuh mengembangkan kemampuan berfikir logis (convergent thinking).
             Kecendrungan proses pembelajaran seperti ini akan menimbulkan kekurang bermaknaan karena proses pembelajaran hanya merupakan proses intelektualisasi dan bukan proses personalisasi. Kecendrungan ini juga akan mendorong tumbuhnya kompetensi intelektual yang tajam, sementara kepekaan sosial dan lingkungan menjadi pudar. Titik lemah proses pembelajaran tersebut perlu diperbaiki dengan menekankan kepada konsep perkembangan sebagai tujuan pembelajaran.
             Esensi perkembangan secara khusus akan dibahas pada kegiatan belajar lain dari modul ini. Pada umumnya diakui bahwa dalam diri manusia ada suatu instrumen penting untuk mengembangkan diri yaitu akal pikikran. Hanya saja pengembangan kemotekaran (akal pikiran) melalui proses pembelajaran harus dibarengi dengan pengembangan nilai-nilai dan keterampilan hidup dan menempatkan nilai-nilai dan keterampilan hidup itu sebagai objek dan juga sekaligus sebagai landasan pengembangan akal pikiran. Hal ini diharapkan terjadi di dalam proses pembelajaran sebagai wahana pengembangan pribadi peserta didik.
             Dalam kaitan dengan perkembangan peserta didik, proses pembelajaran memiliki fungsi :
a.       Pengembangan, yakni membantu peserta didik mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan keunikannya.
b.      Peragaman, yakni membantu peserta didik memilih arah perkembangan yang tepat sesuia dengan potensi dan peluang yang diperolehnya.
c.       Integrasi, yaitu membawa keragaman perkembangan kearah dan tujuan yang sesuai dengan eksistensi kehidupan manusia.

2.      Pengembangan Rancangan Pembelajaran.
a.      Analisis Kurikulum.
              Secara fisik, kurikulum dituangkan dalam suatu dokumen yang pada intinya menggambarkan cakupan bahan ajar yang harus diajarkan dalam tingkatan kelas dan kurun waktu tertentu. Kurikulum dalam bentuk dokumen semacam ini merupakan kurikulum ideal atau kurikulim yang diharapkan (ideal or expected curriculum).
              Di dalam praktek seorang guru dituntut untuk mengartikulasikan kurikulum ke dalam ragam dan rentang pengalaman belajar peserta didik. Artikulasi dan implementasi kurikulum yang ideal tadi akan sangat bersifat kontekstual dan bergantung kepada kondisi objektif guru maupun peserta didik. Oleh karena  itu, sangat mungkin apa yang dilaksanakan dalam praktek  tidak sepenuhnya mmewujudkan hal-hal ideal yang terkandung dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain kurikulum yang terlaksana (implemented curriculum) tidak selalu identik dengan kurikulum ideal.
              Ada tiga hal yang perludipertimbangkan dalam melakukan anlisis kurikulum, yaitu sebagai berikut :
1.      Total waktu yang anda miliki untuk menangani topik-topik utama yang harus diajarkan.
2.      Asumsi-asumsi yang anda gunakan tentang pengetahuan dan keterampilan awal peserta didikuntuk memulai mempelajari topik-topik baru.
3.      Tujuan umum belajar yang dirumuskan untuk siswa.

1.      Waktu.
              Rancangan waktu dapat dirumuskan ke dalam waktu tatap muka dengan siswa, administrasi kelas, dan kegiatan luar kelas. Banyak ragam kegiatan yang bisa dirancang untuk kegiatan di luar kelas yang pada intinya mengembangkan tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas yang harus dikerjakan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah akan menjadi alat pembelajaran yang amat penting jika dirancang secara tepat.

2.      Pengetahuan dan keterampilan  awal.
               Suatu kurikulum atau lingkup pelajaran dirancang dan disusun atas suatu asumsi tak tertulis tentang pengetahuan dan keterampilan yang menyangkut pengetahuan siswa sebelumnya. Dalam konteks pembelajaran asumsi tak tertulis perlu diklasifikasikan dan dieksplisitkan sehingga menjadi titik tolak memulai pembelajaran.
               Bagi seorang guru disekolah, pemahaman pengetahuan dan keterampilan awal siswa dapat dilakukan dengan cara menganalisis kurikulum sebelumnya, atau diskusi dengan guru yang pernah mengajar pada tingkat sebelumnya. Pemahaman tersebut dapat dipadukan dengan pemahaman tentang isi pelajaran yang harus dipelajari.
       
b.      Tujuan Pembelajaran.
               Ada empat tipe tujuan pembelajaran. Pertama , tujuan keperilakuan, diukur, dan diuji bahwa siswa sudah mengusai dengan baik perilaku yang harus dicapai secara khusus. Kedua, tujuan pemecahan masalah, merumuskan pembelajaran siswa dalam proses untuk menggunakan pikiran melalui pengkajian isu yang tak memiliki pemecahan spesifik. Ketiga, tujuan ekspresif merumuskan pembelajaran siswa ke dalam tingkat pengalaman tinggi yang bermakna secara individual apakah sebeleumnya sudah diantisipasi atau belum. Keempat, tujuan efektif, ada kesamaan dengan tujuan ekspresif, hanya tujuan efektif lebih berfokus kepada respon-respon emosional terhadap kurikulum dan pengajaran.  Dalam tatanan paling rendah perilaku efektif direplikasikan dalam bentuk memperhatikan dab merespon. Dalam kaitannya dengan rumus tujuan pengajaran untuk memahami perilaku ini biasanya ditambah dengan rumusan “berkemauan untuk”. Rumus tujuan akan berbunyi misalnya : “siswa akan menunjukkan kemauannya untuk memperhatikan dengan...”, kemudian diikuti dengan rumusan perilaku yang teramati yang menjadi indikator dari perhatian siswa terhadap pengajaran.

c.       Rancangan Kegiatan Pembelajaran.
              Secara operasional kegiatan pembelajaran yang tertuang di dalam satuan pelajaran diartikan sebagai sejumlah waktu yang dirancang untuk mengajari siswa suatu topik sederhana, biasanya berupa konsep, keterampilan, proses, diskusi singkat tentang cerita pendek atau suatu bagian dari novel. Kata sederhana mengandung arti bahwa setiap satuan pelajaran adalahhanya satu dari rangkaian satuan-satuan pelajaran yang saling terkait dan bekerja sama membantu siswa memahami hal-hal yang lebih kompleks.
              Setiap kegiatan pembelajaran dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup.
1.      Kegiatan awal.
              Bagian pengantar dari satuan pelajaran dapat membantu siswa dalam hal-hal berikut :
a.       Mengaitkan hal-hal yang sudah dipelajari dengan hal-hal baru. Pengantar satuan dapat diisi dengan mengingatkan kembali pengetahuan awal dan mengaitkanny dengan informasi baru sehingga pengetahuan awal dapat menjadi alat yang bermakna bagi proses belajar baru.
b.      Memberi kesempatan pada siswa untuk memahami topik secara keseluruhan sebelum mempelajari hal-hal yang terkandung dalam topik secara ideal. Pemahaman ini dikembangkan melalui penyiapan penata awal (advanceorganizer), yaitu suatu cakupan rumusan yang memungkinkan siswa mengetahui informasi apa yang penting sebelum pembelajaran dimulai.
c.       Menumbuhkan hasrat ingin tahu siswa dan merangsang perhatian dan hasrat siswa secara berkelanjutan.
d.      Menyadarkan siswa akan apa yang diharapkan guru dari siswa dalam atau selama pembahasan topik tersebut, disamping men yampaikan tujuan pembelajaran.

2.      Rancangan untuk kegiatan inti pembelajaran.
              Dalam kegiatan pembelajaran dikehendaki mampu menumbuhkan dan mengembangkan hal-hal berikut :
a.       Mengantarkan siswa kepada informasi atau keterampilan baru.
b.      Mendorong siswa untuk mengkaji ulang atau menafsirkan ulang informasi atau keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya.
c.       Memungkinkan siswa mampu melihatkekurangan pada proses belajar sebelumnya dan mengisi kekurangan itu.
d.      Mendorong siswa untuk mengembangkan atau memperkuat proses-proses fisik, kognitif, sosial, maupun afektif.
e.       Mendorong siswa untuk menghasilkan, mengorganisasikan dan menyatakan informasi baru itu dalam cara-cara yang kreatif.
f.       Mendorong siswa untuk memperkirakan dan memikirkan gagasan yang belum dikembangkan serta masalah yang belum terpecahkan.

3.      Kegiatan penutup.
              Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk merumuskan ikhtisar yang bertujuan untuk :
a.       Mengkaji ulang butir-butir penting dari isi dan kegiatan pembelajaran.
b.      Memungkinkan siswa merefleksikan pembelajaran dan menggambarkan kumpulan dari pengalaman pembelajaran, serta
c.       Memberikan gambaran tentang pembelajaran yang akan datang.

d.      Perencanaan Evaluasi.
              Salah satu komponen penting dari keseluruhan perencanaan pembelajaran adalah perencanaan untuk mengetahui apakah setelah kurun waktu tertentu siswa memperoleh kemajuan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau apakah siswa siap mencapai tujuan yang lebih kompleks. Tujuan-tujuan yang sudah dirumuskan baik tujuan keperilakuan, pemecahan masalah, maupun tujuan ekspresif menjadi landasan untuk mengetahui dan mengukur tingkat pencapaian tujuan dan kemajuan siswa. Semua kegiatan evaluasi ini disebut evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang merangkum seluruh hasil belajar siswa pada jangka waktu tertentu.
             Evaluasi lain yang perlu dirancang adalah evaluasi formatif. Evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat kemajuan siswa pada saatkegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan memonitoring yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran seperti yang didiskusikan di atas merupakan contoh evaluasi yang terjadi selam siswa belajar dan memberikan latiahan kepada siswa tentang bagaimana dia tumbuh dan berubah kearah perbaikan.
              Evaluasi formatif maupun sumatif harus dirancang secara konsisten dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Sebagai contoh, jika anda merancang tugas pembelajaran menulis kreatif tentang keadaan sekitar maka tujuan yang peling melekat dengan tugas itu adalah tujuan ekspresif. Anda tugaskan siswa pergi keluar kelas untuk mengamati dan menuliskan keadaan tentang alam sekitar.

3.      Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas.
a.      Faktor Keragaman dan Perkembangan di dalam Manajemen Kelas.
               Keragaman individual dan kelompokdi antara peserta  didik membawa implikasi terhadap manajemen kelas. Keragaman usia, jender (identitas jenis), etnik kecakapan, dan kesiapan belajar adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam manajemen kelas. Sebagai contoh, kkemampuan identitas jenis yang tampak pada anak sekolah dasar ialah aktifitas fisik. Anak laki-laki secara fisik, lebih aktif dari pada anak perempuan. Implikasi dari kondisi itu ialah bahwa didalam manajemen kelas sulit dilakukan pembatasan-pembatasan yang ketat bagi aktivitas fisik anak. Penataan kelas yang kaku akan menghambat aktifitas fisik anak dan dapat menjadikan dia frustasi.
               Ilustrasi diatas tidak mengandung arti bahwa pembatasan harus ditiadakan, akan tetapi tentu perlu dilakukan penyesuaian. Dalam hal ini guruguru hendaknya memikirkan dan mencermati :
1.      Apakah model pembelajaran yang digunakan cocok bagi pserta didik?
2.      Pembatasan-pembatasan fisik apa yang benar-benar diperlukan?
3.      Adakah ragam cara yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan, sehingga peserta didik dapat menggunakan berbagai cara yang lebih disukai dan cocok dengan dirinya?
               Artinya, guru perlu melakukan penyesuaian terhadap kondisi peserta didik. Seorang anak yang menunjukkan dorongan aktivitas fisik yang tinggi perlu diberi peluang di dalam cara-cara yang tidak menimbulkan pertentangan atau konflik dengan tujuan pembelajaran.

b.      Tahap-tahap Proses Manajemen Kelas.
               Di depan telah dikemukakan bahwa pendekatan jamak memandang manajemen kelas sebagai suatu proses, sebagai perangkat kegiatan, dimana guru mengembangkan dan memelihara kondisi untuk terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien. Di dalam pendekatan jamak ini ada empat langkah yang mesti ditempuh guru untuk melaksanakan manajemen kelas (james and Cooper, ed, 1990). Keempat langkah tersebut ialah :
1.      Merumuskan kondisi kelas yang dikehendaki
2.      Menganalisis kondisi kelas yang ada pada saat ini.
3.      Memilih dan menggunakan strategi manajerial, serta
4.      Menilai efektifitas manajerial.

c.       Merumuskan Spesifikasi Kondisi yang Dikehendaki.
                Manajemen kelas adalah proses yang bertujuan, yaitu guru menggunakan berbagai stategi manajerial untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan diidentifikasikan dengan baik. Oleh karena itu, tahap pertama yang harus dilakukan guru ialah merumuskan spesifikasi kondisi kelas yang dikehendaki, sebagai suatu kondisi ideal. Untuk itu, seorang guru perlu memiliki konsep yang jelas tentang kondisi kelas yang diyakininya sebagai kondisi untuk terjadinya pembelajaran yang efektif. Kondisi yang dimaksud bukanlah kondisi yang berlaku universal, sepanjang waktu dan dalam berbagai adegan, melainkan kondisi yang harus diuji dan diperbaiki.
                Secara konkret kondisi kelas yang dikehendaki dapat dirumuskan dalam bentuk rumusan perilaku peserta didik yang diharapkan terjadi pada saat proses pembelajaran.
                Harapan guru terhadap peserta didik sekaligus merupakan peranan peserta didik itu. Good dan Brophy (1990) merumuskan peran peserta didik kedalam tiga peran pomkok yaitu : Penguasaan keterampilan dasar, pengembangan minat terhadap pengetahuan tentang topik0topik yang terkandung dalam kurikulum, partisipasi sebagai anggota kelompok.

d.      Menganalisis Kondisi yang Aktual.
                Kondisi kelas yang aktual adalah kondisi pada saat ini. Analisis kondisi kelas saat ini penting dilakukan untuk dibandingkan dengan kondisi ideal yang telah dirumuskan pada tahap satu. Analisis semacam ini akan mambantu guru untuk mengidentifikasi hal-hal berikut :
1.      Kesenjangan antara kondisi nyata denga  kodisi ideal, dan menetapkan hal-hal yang segera memerlukan perhatian.
2.      Masalah-masalah potensial yang bisa muncul sekiranya guru tidak berhasil mencegahnya.
3.      Kondisi nyata yang perlu diperlihara, ditingkatkan dan dipertahankan karena merupakan kondisi yang dikehendaki.

e.       Penataan Lingkungan Fisik Kelas.
                Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan munculnya perilaku bermasalah, dan penataan lingkungan fisik merupakan unsur penting dalam manajemen kelas. Penataan kelas akan mempengaruhi keterlibatan dan partisipasi peserta didik baik secara langsung maupun melalui perilaku guru, atau melalui tugas-tugas terstruktur yang diberikan guru kepada peserta didik.
                Sebagai contoh, ketika peserta didik diminta untuk curah gagasan, unjukkerja mereka lebiah baik dalam posisi duduk berlingkar daripada dalam posisi berbanjar. Ini menunjukkan bahwa dalam posisi melingkar peserta didik lebih mudah memantau interaksi mereka.
                Pengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok kecil harus dilakukan dengan hati-hati. Apakah kelompok akan dibuat secara homogen atau heterogen. Kelompok homogen adalah kelompok yang terdiri atas peserta didik dengan kemampuan dan kebutuhan yang relatif sama. Sedangkan kelompok heterogen adalah kelompok yang terdiri atas peserta didik dengan kemampuan dan kebutuhan yang beragam. Kelompok homogen akan lebih mudah dikelola tetapi sulit memunculkan peran-peran pengambilan inisiatif yang dapat meningkatkan dinamika dan produktivitas kelompok.
                 Pengelompokan peserta didik seperti itu akan bergantung kepada tujuan pembelajaran. Jika pembelajaran itu lebih terarah kepada upaya memberikan perlakuan khusus seperti remedial dan pengayaan, kelompok homogen mungkin akan lebih efekrtif. Akan tetapi jika pembelajaran itu dimaksudkan untuk mempelajari topik-topik tertentu, apalagi sekaligus ingin menyentuh perkembangan, non-kognitif kelompok heterogen mungkin akan lebih efektif.

4.      Evaluasi Pembelajaran Bimbingan Konseling dan Pengelolaan Strees.
a.      Devinisi dan Tahapan Evaluasi.
                 Rumusan paling sederhana tentang mengevaluasi adalah menempatkan sesuatu nilai atas dasar timbangan (judgment). Menimbang bukanlah suatu kegiatan yang independent, melainkan didasarkan atas informasi-informasi yang merupakan prasyarat untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, evaluasi adalah proses pembentukan timbangan , bergantung kepada pengumpulan informasi yang mengarah kepada pengambilan keputusan.
                 Jadi,evaluasi dapat dirumuskan sebagai proses memperoleh informasi dan menggunakannya untuk judgment yang pada akhirnya digunakan untuk mengambil keputusan.

Komentar

Postingan Populer