9 ketrampilan dasar guru



Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan bagi calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan menarik. Keterampilan membuka pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan pengantar/pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari siswa sehingga siswa siap mental dan tertarik mengikutinya. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran merupakan keterampilan  membantu siswa dalam menemukan konsep, prinsip, dalil, hukum atau prosedur dari inti pokok bahasan yang telah dipelajari.
Pada dasarnya keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam memulai dan mengakhiri suatu pelajaran. Soli, Ambimanyu (2008) secara singkat mengemukakan bahwa membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Hal senada juga disampaikan oleh Wardani dan Julaeha (2007) bahwa kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki inti kegiatan (kegiatan inti) sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk memantapkan atau menindaklanjuti topik yang akan dibahas.

1.      Membuka Pelajaran
Yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan guru pada awal pelajaran untuk menciptakan suasana ‘siap mental’ dan menimbulkan perhatian siswa agar terarah pada hal-hal yang akan dipelajari. Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran adalah dengan :
(1)  menarik perhatian siswa,
(2)  memotivasi siswa,
(3) memberi acuan/struktur pelajaran dengan menujukkan tujuan atau kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, serta pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu,
(4) mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik baru, atau
(5) menanggapi situasi kelas.
Komponen pertama dalam mengajar adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam keterampilan membuka pelajaran harus memberikan pengantar atau pengarahan terhadap materi yang akan diajarkan pada peserta didik agar siap mental dan tertarik untuk mengikutinya.
Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Tujuan umum membuka pelajaran adalah agar proses dan hasil belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Efektivitas proses dapat dikenali dari ketepatan langkah-langkah belajar siswa,sehingga didapatkan efisiensi belajar yang maksimal.
Sementara tujuan khusus membuka pelajaran dapat diperinci sebagai berikut :
a.     Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas pembelajaran yang akan dikerjakan
b.     Peserta didik mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan
c.     Peserta didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari mata pelajaran
d.    Peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya
e.     Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang trcantum dalam suatu peristiwa
f.      Peserta didik dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengajar (Hasibuan , dkk., 1991: 120)
2.      Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum kembali atau menyuruh siswa membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan. Kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
Disamping itu, guru juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran sebelum menerangkan pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar demikian itu tidak memungkinkan mental siswa siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, sukar dipahami, dan mereka akan tidak berusaha keras untuk memahaminya.
Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup pelajaran.

3.    Prinsip-Prinsip Membuka Pelajaran
1.      Prinsip Bermakna
Penerapan prinsip bermakna adalah mempunyai nilai tercapainya tujuan penggunaan keterampilan membuka pelajaran .artinya, cara guru dalam memilih dan meerapkan komponen keterampilan membuka pelajaran mempunyainilai yang sangat tepat bagi siswa dalam mengondisikankesiapan dan ketertarikan siswa untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, dalam memilih jenis kegiatan untuk membuka pelajaran,perlu mempertimbangkan relevansinya dengan tujuan membuka pelajaran tersebut. .

2.      Kontinu ( Berkesinambungan )
Penggunaan keterampilan membuka pelajaran bersifat kontinu ( berkesinambungan ). Artinya, antara gagasan pembukaan dengan pokok bahasan tidak terjadi garis pemisah. Oleh karena itu, gagasan pembukaan dengan pokok bahasan dari segimateri harus harus ada relevansinya. Disarankan bahwa gagasan pembuka harus memiliki tingkat inklusivitas yang lebih tinggi/umum dibandingkan pokok bahasan itu sendiri. Terutama sekali gagasan pembuka yang berbentuk bahan pengait.

3.      Fleksibel ( Penggunaan secara Luwes )
Fleksibel dalam kaitan ini berarti penggunaan yang tidak kaku, dalam arti tidak terputus-putus atau lancer. Kelancaran ( Fluency ) dalam susunan gagasan, ide, atau cerita dapat memudahkan peserta didik dalam mengonsepsi keutuhan konsep pembuka dan dapat pula dengan mudah mengantisipasi pokok bahasan yang akan dipelajari.

4.      Antusiasme dan Kehangatan dalam Mengomuniakasikan Gagasan
Antusiasme menandai kadar motivasiyang tinggi dari guru danhasil ini akan berpengaruh pada motivasi yang tinggi pula pada peserta didik. Antusiasme dan kehangatan dapat ditunjukkan misalnya bertanya kabar peserta didik, menanyakan mengapa teman mereka tidak bisa masuk, atau bercerita sedikit yang dapat menyentuh perasaan, atau kegiatan lain yang menujukkan rasa simpati dan empati dalam rangka menciptakan antusiasme dan kehangatan.

5.      Prinsip-Prinsip Teknis dalam Penggunaan Keterampilan Membuka Pelajaran
Prinsip-prinsip teknis dalam membuka pelajaran dapat diuraikan sebagai berikut :
a.      Singkat, padat dan jelas
b.      Keterampilan tidak diulang-ulang atau berbelit-belit
c.      Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak
d.     Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya
e.      Mengikat perhatian anak

4.Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi dua kategori  yaitu: kategori yang berpengaruh pada proses asimilasi dan akomodasi ide, dan kategori yang berpengaruh pada motivasi siswa dalam belajar .
Komponen-komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi :
1.      Membangkitkan Perhatian /minat siswa
Beberapa cara  yang digunakan oleh guru dalam membangkitkan perhatian dan minat siswa dalam mengikuti pelajaran:
a.      Variasi gaya mengajar guru misalnya dengan berdiri ditengah-tengah kemudian berjalan kebelakang atau kesamping dengan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasa dan intonasi serta ekspresi dalam mengajar sangat membantu dalam mengajar.
b.      Penggunaan alat bantu mengajar  seperti ilustrasi,model, skema, surat kabar dan sebagainya
c.       Variasi dalam pola interaksi misalnya guru dalam pembelajarn berlangsung sering melakukan tanya jawab antara guru daansisswa serta guru harus mampu mengumpan siswa agar kreatif dalam bertanya sehingga tercipta diskusi kecilantara guru dan siswa
2.      Menimbulkan motivasi

Usaha guru mengakhiri kegiatan interaksi edukatif :
1.      Merangkum/membuat garis-garis besar  persoalan yang baru dibahas
2.      Mengkonsolidasikan perhatian anak didik pada hal-hal pokok oleh pembelajaran yang bersangkutan
3.      Mengorganisasi semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari sehingga merupakan suatu kebutuhan yang beerarti dalam memahami materi yang baru dipelajari
4.      Memberi ajakan agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta dipelajari kembali dirumah
Cara-cara yang digunakan oleh guru dalam menutup pelajaran antara lain :
a.       Review ( Melihat / meninjau kembali )
Guru meninjau kembali, apakah inti pelajaran yang telah diajarkan itu telah dikuasai oleh siswa atau belum. Adapun cara meninjau kembali adalah:
1)      Merangkum inti pelajaran
2)      Membuat ringkasan
b.      Mengevaluasi
Untuk mengetahui apakah siswa memperoleh wawasan yang utuh tentang sesuatu yang sudah diajarkan, guru melakukan penilaian/evaluasi. Bentuk-bentuk evaluasi itu adalah sebagai berikut :
1.      Mendemonstrasikan keterampilan
2.      Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
3.      Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
4.      Soal-soal tertulis atau lisan
c.       Memberi dorongan psikologi atau sosial
Unsur manusiawi dalam interaksi guru-siswa adalah saling menghargai dengan memberikan dorongan psikologis atau social yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengarajaran. Hal ini dapat dilakukan guru dalam setiap akhir pelajaran dengan kata-kata pujian.

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisir dengan sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu pesan dengan pesan yang lainnya, sehingga tercapailah suatu pemahaman yang diinginkan. Misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh, atau dengan suatu yang belum diketahui.
Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang penting dari kegiatan guru dalam berinteraksi dengan siswa di dalam kelas, dan biasanya guru lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh atau dapat mempengaruhi siswa melalui penjelasan dan perkataan yang disampaikannya, sehingga terkadang siswa menuruti apa yang disampaikan oleh guru, dengan kata lain siswa mempercayai bahwa penjelasan dari guru itu benar,  misalnya dalam memberikan fakta, ide atau pendapat. Oleh karena itu, penjelasan guru haruslah tidak rancu di mana bisa mengakibatkan salah pengertian bagi siswa. Hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan guru  sehingga bermakna bagi siswa.
Tujuan Memberikan Penjelasan 
  • Membimbing siswa untuk dapat memahami ilmu pengetahuan secara objektif dan bernalar.
  • Melatih siswa untuk senantiasa berkonsentrasi dalam menyimak penjelasan guru sehingga melibatkan mereka untuk berpikir sambil memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan. 
  • Untuk mendapat respon dan umpan balik (feed back) siswa mengenai tingkat pemahamannya serta untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
  • Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dengan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah tersebut.
Alasan Perlunya Keterampilan Menjelaskan dikuasai oleh Guru  
  • Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh siswa.
  • Kadangkala penjelasan yang diberikan oleh guru tidak jelas bagi murid, tetapi hanya jelas bagi guru itu sendiri. Mungkin disebabkan  karena gaya bahasa yang digunakan guru belum dapat dicerna atau dinalar oleh siswa atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan pemikiran mereka. Hal  ini tercermin dalam ucapan guru, “Penerangan Ibu sudah jelas, bukan?”. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam mengenal atau menganalisis tingkat pemahaman siswa sangat dibutuhkan dan sangat penting dalam proses memberikan penjelasan. 
  • Tidak semua siswa dapat menggali atau memahami sendiri pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Oleh karena itu, guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tersebut.
  • Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam memahami pelajaran. Guru perlu membantu siswa dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diberikan. 
Macam-macam Teknik Menjelaskan  
1. Bertanya
2. Penjelasan
3. Memberikan contoh
Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan 
1.      Merencanakan 
      Penjelasan yang diberikan guru perlu direncanakan dengan baik terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan yang menerima pesan.
2.    Penyajian suatu penjelasan
Prinsip-Prinsip Menjelaskan
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan, antara lain :
  1. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran.
  2. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar kompetensi dan kompetensi dasar.
  3. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar kompetensi yang sudah direncanakan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
  4. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
Keterampilan Bertanya

Pengertian keterampilan bertanya dasar secara etimologis diuraikan menjadi dua suku kata yaitu “terampil dan tanya”. Menurut kamus bahasa Indonesia “bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian tugas ataupun mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya secara sederhana dapat diartikan dengan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang menjadi lawan bicara.
        Merujuk pada pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan, selain itu dimaksudkan adanya respon siswa.
Komponen-Komponen
    1. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat.
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
    Pemberian acuan.
Kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.
    2. Pemindahan giliran.
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
    3. Penyebaran.
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.
    4. Pemberian waktu berfikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu untuk berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab.
    5. Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
Prinsip-Prinsip Keterampilan Bertanya
Prisip-prisip yang harus diperhatikan dalam menggunakan keterampilan bertanya antara lain:
    1. Kehangatan dan keantusiasan
Suasana pembelajaran harus diciptakan dalam kondisi yang menyenangkan, sehingga merasa nyaman dan betah dalam belajar. Salah satu upaya mengembangkan suasana pembelajarana yang menyenangkan antara lain yaitu bagaimana pertanyaan yang diajukan memiliiki nuansa psikologis yang hangat dan mendorong semangat belajar yang tinggi.
    2. Memberikan waktu berfikir
Setelah guru mengajukan pertanyaan hendaknya tidak langsung menunjuk salah seorang dari siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya tetapi memberikan kelonggaran (waktu) kepada siswa untuk memikirkan atau menemukan jawaban atas pertanyaannya.

Jenis-Jenis Pertanyaan
Jenis-jenis pertanyaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Klasifikasi Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
    Menurut Beni (2008), Taksonomi Bloom merupakan salah satu cara yang dipakai dalam merumuskan tujuan pengajaran. Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas.
Ada tiga kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan kawan-kawan dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut aspek pikir); afektif (yang menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang menyangkut aspek keterampilan).
    Dalam kaitannya dengan pertanyaan ini, maka domein yang digunakan ialah kognitif oleh karena seseorang yang bertanya berarti ia berpikir (aspek pikir yang diutamakan). Untuk domein kognitif ini ada enam tingkatan, yang masing-masing tingkat dituntut proses berpikir yang berbeda. Sesuai dengan tingkat kesukarannya dari keenam tingkatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan ialah:
        Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih rendah:
            pengetahuan (knowledge)
            pemahaman (comprehension)
            penerapan (application)
        Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih tinggi:
            analisis (analysis)
            sintesis (synthesis)
            evaluasi (evaluation)
2. Pertanyaan Berdasarkan Maksudnya
    Menurut Hutasoit (2010), pertanyaan berdasarkan maksudnya, terdiri atas:
    Pertanyaan permintaan ( compliance question) adalah pertanyaan yang mengharapkan peserta didik mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pernyataan.
    Pertanyaan retoris (rhetorical question) adalah pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru, dengan maksud hanya menyampaikan informasi kepada peserta didiknya.
    Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah pertanyaan yang bermaksud memberi arah atau menuntun peserta didik sehingga dapat menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. Pertanyaan ini diperlukan jika guru ingin agar peserta didiknya memperhatikan dengan seksama bagian-bagian tertentu atau pokok inti dari bahan yang disajikannya.
    Pertanyaan menggali (probing question) adalah pertanyaan lajutan yang dapat mendorong peserta didik untuk lebih mendalami jawaban atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Jenis pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendorong peserta didik meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan.
3. Pertanyaan Berdasarkan Tujuannya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan maksudnya terdiri atas:
            1. Pertanyaan Kognitif
            2. Pertanyaan Performansi
            3. Pertanyaan Konsekuensi
            4. Pertanyaan Eksplorasi
4. Pertanyaan Berdasarkan Sifatnya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan sifatnya terdiri atas:
    Pertanyaan Ingatan
    Pertanyaan Pemahaman
    Pertanyaan Analisis
    Pertanyaan Sintesis
    Pertanyaan Evaluasi
5. Pertanyaan Berdasarkan Caranya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan caranya terdiri atas:
    Pertanyaan Mengarahkan
    Pertanyaan Menggali
    Pertanyaan Memancing
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Mengajukan Pertanyaan dalam Proses Mengajar pada Siswa
                Tujuan
Tujuan yang dicanangkan guru dalam mengajukan suatu pertanyaan harus jelas.
                Penyusunan Kata-Kata
Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus disusun dengan kata-kata yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswanya dan harus memahami bahwa pembendaharaan kata-kata dan pemahaman terhadap kata-kata antara guru dan siswa berbeda.
                Struktur
Selama proses belajar mengajar, sebaiknya guru memberikan informasi yang relevan dengan tugas atau pertanyaan yang diajukan pada siswa baik sebelum maupun sesudah pertanyaan itu diajukan.
                Pemusatan
Pemusatan sangat penting dalam ruang lingkup pertanyaan yang diberikan guru agar pertanyaan tidak meluas ke topik-topik yang lain yang bukan menjadi tujuan materi yang diajarkan. Pemusatan lainnya yaitu perhatian terhadap jumlah pertanyaan yang diberikan pada siswa.
                Pindah Gilir
Agar respon dari siswa tetap ada dalam proses belajar mengajar, guru dapat melakukan pindah gilir terhadap pertanyaan yang diajukan
                Distribusi/Penyebaran
Untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar, guru disarankan mendistribusikan pertanyaan secara acak selama proses belajar mengajar.
                Pemberian Waktu
Guru perlu memberikan waktu bagi siswanya untuk berpikir sebelum menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru.
                Pemberian Tuntunan
Guru dapat memberikan tuntunan pada siswa untuk meberikan jawaban dengan baik dan benar, misalnya dengan menanggapi jawaban yang kurang tepat atau jawaban yang salah yang diberikan siswa.
                Antusias dan Hangat
Sikap antusias dan hangat yang diberikan guru pada siswa dapat memberikan arti dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.
Kelebihan dan Kelemahan dari Keterampilan Bertanya
    Kelebihan
    Mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.
    Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga pelajaran akan lebih menarik.
    Menghilangkan verbalisme, individualisme dan intelektaulisma (Munsyi (1981:70) dalam Albantati, 2010).
    Kelemahan
    Mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.
    Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada sentiment pribadi.
    Tidak semua anak mengerti dan dapat mengajukan pendapat (Munsyi (1981:70) dalam Albantati, 2010).

Keterampilan Memberikan Penguatan
Hakikat Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Secara psikologis setiap orang mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu usaha bahwa hasil yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang terbaik dalam hidupnya.
Keterampilan dasar penguatan adalah segala  bentuk  respons  yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatannya atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan koreksi. Melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa akan merasa terdorong untuk memberikan respon setiap muncul stimulus dari guru, atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat. Penguatan juga berguna untuk mendorong siswa memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan kerjanya.
Penguatan hanya terbatas pada pemberian balikan terhadap respons-respons yang betul, yang tampak dari jawaban siswa sendiri. Dengan penguatan tadi, siswa dapat memisahkan mana yang betul dan dapat dilanjutkan, dan mana ynag salah dan tidak perlu dilanjutkan.
Oleh karena itu guru harus melatih dengan berbagai jenis penguatan dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi untuk dikuasai oleh anak, akan tetapi bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik yang selalu saling menghargai.
Tujuan dan Manfaat Penguatan
Pemberian respon positif (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa, baik melalui kata-kata (verbal) maupun non-verbal seperti dengan isyarat-isyarat tertentu, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kepercayaan diri siswa.
Adapun tujuan dari pemberian penguatan alam pembelajaran antara lain adalah
1.    Meningkatkan perhatian siswa; bahwa melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan merasa akan merasa diperhatikan oleh gurunya. Dengan demikian perhatiansiswapun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya.
2.     Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa; apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnyapun akan semakian baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu melalui penguatan.
3.    Memudahkan siswa belajar; bahwa tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan renpon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksporasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.
4.    Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa; rasa percaya diri merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negative yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negative dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
5.    Memelihara iklim kelas yang kondusif; suasana kelas yang menyenagkan, aman, dan dinamis, akan mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana akan lebih demokratis sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Hal ini tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengirigi terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.


Kelebihan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain.
1)      Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2)      Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3)      Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4)      Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5)      Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
Kelemahan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.

Keterampilan Menggunakan Media Pembelajaran

1. Peran Media Dalam Komunikasi Dan Pembelajaran
Media adalah kata jamak dari medium, yang artinya perantara. Dalam proses komunikasi media merupakan satu dari empat komponen yang harus ada. Komponen yang lain, yaitu; sumber informasi, informasi,dan penerima informasi.
2. Media Dalam Pembelajaran
Menurut Schramm (1977), Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs (1977) mendefinisikan media pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Sedang menurut Arief S. Sadiman (1986), media pembelajaran adalah segala sesuatau yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa, dan dengan demikian terjadilah proses belajar.
3. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media dalam pembelajaran adalah memperlancar interaksi guru dan siswa, dengan maksud untuk membantu siswa belajar secara optimal. Namun demikian, secara khusus manfaat media pembelajaran seperti dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (1985) yaitu:
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi
e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
f. Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
g. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan
h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif 
5. Jenis Dan Karakteristik Media Pembelajaran
Sesuai dengan klasifikasinya, maka setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat dilihat menurut kemampuan media pembelajaran untuk membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun pembauan/penciuman. Dalam rangka memilih suatu media pembelajaran yang akan digunakan oleh seorang guru pada saat melakukan proses belajar-mengajar, karakteristik tersebut dapat disesuaikan dengan suatu situasi tertentu. Berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai, media pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Media Grafis
Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi verbal.
b. Media Audio
media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disapaikan melalui media audio dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal maupun 4 non verbal.beberapa media yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok media audio antara lain radio dan alat perekam pita magnetic,alat perekam pita suara.
c. Media Projeksi
Media projeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis, dalam arti dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Media Pembelajaran
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan media adalah:
a. tujuan instruksional yang ingin dicapai
b. karakteristik siswa
c. jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio atau visual),keadaan latar atau lingkungan, dan gerak atau diam
d. ketersediaan sumber setempat
e. apakah media siap pakai ataukah media rancang
f. kepraktisan dan ketahanan media
g. efektivitas biaya dalam jangka panjang
7. Media Pembelajaran Dua Dimensi Non Projeksi
Media dua dimensi non projeksi adalah media yang mempunyai dimensi panjang dan lebar saja, yang penggunaannya tidak memerlukan bantuan perangkat projeksi. Macam-macam media dua dimensi non projeksi yaitu : papan tulis, papan putih magnetis, papan putih elektronik, papan flannel,alat lebar gantungan(ALG),alat lebar sampiran (ALS),poster,handout,dan visualisasi data.
8. Strategi Pemanfaatan
Supaya media dapat digunakan secara efektif dan efisien ada tiga langkah utama yang perlu diikuti dalam menggunakan media yaitu:
1. Persiapan Sebelum Menggunakan Media
Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik, kita perlu membuat persiapan yang baik pula.pertama-tama pelajari buku petunjuk yang telah disediakan.kemudian kita ikuti petunjuk-petunjuk itu.
2. Kegiatan Selama Menggunakan Media
Yang perlu dijaga selama kita menggunakan media adalah suasana ketenangan. Gangguan-gangguan yang dapat menggangu perhatian dan konsentrasi harus dihindarkan. Kalau mungkin, ruangan jangan digelapkan sama sekali.
3. Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut ialah untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai. Selain itu, untuk memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui media bersangkutan.

KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat, setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya pengambilan keputusan. Untuk itu dibutuhkan forum diskusi (musyawarah) guna melatih keterampilan pengambilan keputusan atau kata sepakat.
Dalam proses pembelajaran tujuan yang hendak dicapai tidak terbatas pada pengetahuan saja, melainkan juga pembentukan keterampiIan dan sikap.Karena itu menuntut adanya model pembelajaran yang dapat melibatkan potensi peserta didik secara optimal, yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan penggunaan metode diskusi kelompak dalarn pelaksanaannya.
Diskusi kelompok kecil, yaitu percakapan dalam kelompok yang memenuhi syarat:
a. Melibatkan kelompak yang banyak anggotannya berkisar antara tiga sampai sembilan orang
b. Berlangsung dalam interaksi secara bebas dan langsung
c. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok
d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju suatu kesimpulan.
Jadi keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah melaksanakan kegiatan membimbing peserta didik agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil secara efektif dalarn rangka mencapai indikator .
Tujuan
a. Memberikan pengalaman kepada peserta didik daiam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang menuntut pemecahan.
b. Mengernbangkan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
c. Melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan meningkatkan pengambilan keputusan.
3. Prinsip Penggunaan
a. Diskusi Hendaknya Berlangsung Dalam Iklim Terbuka.
b.Kegiatan diskusi dapat berlangsung secara efektif jika didahului oleh perencanaan dan persiapan yang matang
c. Pemanfaatan Secara Maksimal Kekuatanlkeuntungan Diskusi
d.Menghindari atau mengurangi kelemahan-kelemahan diskusi kelompok, antara lain:
Komponen Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
a. Memusatkan perhatian
b. Memperjelas masalah atau urutan pendapat sehingga peserta diskusi mendapat gambararn yang sama tentang apa yang dikernukakan dan membantu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.
c. Menganalisis pandangan peserta didik.
d. .Menganalisis pendapat peserta didik, dengan jalan:
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
f. Menutup diskusi
Agar guru menguasai ke enam keterampilan diatas dengan baik hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat peserta didik dan latar belakang pengetahunnya
2) Mendominasi pembicraraan dengan pertanyaan yang terlampau banyak dan jawaban yang banyak pula
3) Membiarkan peserta didik tertentu monopoli pembicaraan
4) Membiarkan terjadinya penyimpangan atau pembicaraan yang tidak relevan
5) Tergesa-gesa meminta respon peserta didik atau terus mengisi waktu dengan berbicara, peserta didik tidak sempat berpikir
6) Membiarkan peserta didik enggan berpartisipasi
7) Tidak memperjelas atau mendukung urtrn pendapat peserta didik
8) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif
Keterampilan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas secara umum adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.

Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad (1995:2), tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
  1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
  2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
  3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah:
  1. Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam   lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
  2. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
  3. Terciptanya suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Komponen Katerampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu:
  • Preventif, keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
  • Represif, keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Dalam melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas , perlu diperhatikan pinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Tantangan
3. Bervariasi
4. Keluwesan
5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
6. Penanaman disiplin diri
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Secara umum peran guru dalam mengelola kelas yaitu:
a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
b. Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas.
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
Kelebihan dan Kekurangan dalam Pengelolaan Kelas
Setiap keterampilan pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan ini akan muncul jika seorang guru mampu membawa suasana dan terampil dalam mengelola kelas. Namun kekuarangan atau kejelekan pengelolaan kelas ini akan muncul atau guru merasa kewalahan bila belum memahami langkah memahami keterampilan ini.
a. Kekurangan
  • Susah diterapkan
  • Biasanya hanya diterapkan pada tingkat SMP ke atas
  • Perlu menjaga wibawa dan cara bergaul guru
  • Senantiasa fokus pada kelas dan segala permasalahannya
b. Kelebihan
  • Sangat efektif dalam pembelajaran
  • Siswa menjadi sangat nyaman bila ini sukses dilakukan
  • Menjadi pembelajaran yang nyaman
  • Siswa menjadi cepat menanggapi setiap pembelajaran yang ada
  • Guru menjadi enak dalam melanjutkan materi selanjutnya
Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran

Salah satu komponen belajar mengajar adalah keterampilan-ketarmpilan  dasar mengajar termasuk di dalamnya keterampilan mengadakan variasi yang berguna untuk mengatasi kejenuhan atau kebosanan yang dialami siswa dalam kegiatan atau proses pembelajaran dan juga untuk mengatasi kondisi ruangan yang tidak nyaman, performance guru kurang menyejukkan hati peserta didik serta materi yang diajarkan kurang menarik.
Keterampilan menggunakan variasi adalah suatu keterampilan mengajar yang harus dikuasai guru dengan tujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan  siswa dalam menerima bahan pengajaran yang diberikan guru serta untuk mengacu dan mengingat perhatian siswa sehingga siswa dapat aktif dan terpartisipasi dalam belajarnya. Tujuan mengadakan variasi menurut Marno dan Idris (2008 : 160) menyebutkan lima  tujuan menggunakan variasi mengajar.
  1. Menarik perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang tengah dibicarakan.
  2. Menjaga kelestarian proses pembelajaran baik secara fisik meupun metal.
  3. Membangkitkan motivasi belajar selama proses pembelajaran.
  4. Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran.
  5. Memberikan kemungkinan layanan pembelajaran individual.
Prinsip-prinsip penggunaan variasi.
Penggunaan keterampilan menggunakan variasi, mengajar seyogyanya memenuhi prinsip-prinsip :
  1. Relevan dengan tujuan pembelajaran bahwa variasi mengjar digunakan untuk menunjang tercapainya kompetensi dasar
  2.  Kontinyu dan fleksibel artinya variasi digunakan secara terus menerus selama KBM sesuai kondisi.
  3. Antusiasme dan hangat yang ditunjukkan oleh guru KBM berlangsung.
  4. Relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik (LP31, 2010: 132)
Komponen-komponen keteramnpilan dasar mengajar mengadakan variasi meliputi :


Variasi dalam gaya mengajar
1. Menggunakan Variasi Suara
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah dan cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.

2. Pemusatan perhatian siswa
Guru dapat memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting, dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan anak.

3. Kesenyapan Guru
Adanya kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan  disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik  perhatian siswa.

4. Mengadakan kontak pandang dan gerak.
Apabila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang akrab dengan mereka.

5. Gerak badan dan mimik
Variasi dari expresi wajah guru. Gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dan pesan lisan yang di maksudkan.

6. Pergantian posisi guru dalam kelas
Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa, terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran dalam kelas, gerakan hendaknya bebas. Tidak kaku dan hindarkan tingkah laku negatif (E. Mulyosa, 2004 : Hasi Buan, dkk, 1994 : Raplis, 1985).

Variasi Dalam Menggunakan Media Pembelajaran
1. Variasi media yang dapat dilihat.
Media yang termasuk ke dalam jenis ini ialah gerafik, bagan, poster, gambar. Film, dan slide. Variasi media yang dapat di dengar. Media yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rekaman suara, suara radio, musik, dll.
Variasi media yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan. Yang termasuk ke dalam jenis ini ialah peragaannya dilakukan oleh guru atau siswa, patung, topeng, dan lain-lain.

2. Variasi media yang dapat di dengar, dilihat dan dapat diraaba.
Media yang temasuk ke dalam jenis ini adalah film tv, cd, proyektor, yang diiringi oleh penjelasan guru.

Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”,  sedangkan mengajar adalah “melatih”. DeQueliy dan Gazali (Slameto, 2010:30) mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat  siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pengertian untuk ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah kecakapan menanamkan pengetahuan yang dilakukan pada sekelompok siswa dan pada siswa secara individu (Muhidin, 2011).
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa (Muhidin, 2011).
Peranan Guru
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, maka guru berperan sebagai:
1. Organisator Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Tugas guru sebagai organisator dalam kegiatan pembelajaran adalah menentukan dan mengarahkan bagaimana cara siswa melakukan kegiatan, mengatur lingkungan belajar, dan mengoptimalkan sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Sumber Informasi Bagi Siswa
Guru adalah salah satu sumber informasi bagi siswa. Informasi yang disampaikan guru dapat berupa informasi mengenai langkah-langkah pelaksanaan tugas, mauun informasi lain yang diperlukan siswa untuk mengajar kelompok kecil dan perorangan.
3. Pendorong Siswa Untuk Belajar Motivator
Agar siswa mau belajar, maka guru memberikan dorongan (motivasi) kepada siswa. Sebagai motivator , guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam kelompok kecil dan perorangan
Untuk menjadi motivator belajar guru hendaknya:
  • Mengetahui kebutuhan para siswa dan latar belakang pribadinya sehingga upaya memberikan motivasi belajar kepada siswa sejalan dengan kebutuhan siswa tersebut.
  • Menjalin hubungan baik dan harmonis dengan para siswa agar kepatuhan dan kepercayaan siswa kepada guru tertanam pada siswa.
  • Kaya akan berbagai bentuk dan jenis upaya untuk melakukan motivasi kepada siswa.
  • Memiliki perasaan humor yang positif dan normative sehingga tetap disegani dan disenangi oleh siswa.
  • Menampilkan sosok kepribadian guru yang menjadi panutan siswa.
4. Pendiagnosaan Kesulitan Siswa serta Pemberian Bantuan Sesuai Kebutuhan Siswa
Guru mempunyai peranan sebagai diagnostician dalam proses belajar mengajar, yaitu mengenal anak secara individual mengenai kemajuan belajar, kelemahan mereka, kesulitan yang mereka hadapi, dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan siswa.
5. Penyediaan Materi Dalam Kesempatan Belajar Bagi Siswa
Guru juga bertugas menyediakan pelajaran yang akan dipelajari siswa dalam pengajaran kelompok kecil maupun perorangan. Berbagi sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar tersebut perlu disediakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
6. Guru Mempunyai Hak Dan Kewajiban Yang sama Seperti Siswa
Guru sebagai peserta kegiatan mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti siswa berarti guru ikut menyumbangkan pendapatnya untuk memecahkan masalah atau mencari kesepakatan bersama seperti halnya para siswa.
Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi Agar Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan Dapat Terwujud
Pada dasarnya, siswa mempunyai karakteristik yang sangat berbeda satu dengan lainnya. Untuk melayani perbedaan ini, diperlukan variasi pengorganisasian kegiatan klasikal, kelompok kecil, dan perorangan.Pengajaran kelompok kecil dan perorangan hanya mungkin terwujud jika terpenuhi syarat-syarat berikut.
  1. Ada hubungan yang sehat dan akrab antara guru-siswa dan antar siswa.
  2. Siswa belajar dengan kecepatan, kemampuan, cara, dan minat sendiri.
  3. Siswa mendapat bantuan sesuai dengan kebutuhannya.
  4. Siswa dilibatkan dalam perencanaan belajar.
  5. Guru dapat memainkan berbagai peran (Adikara, 2008).
Komponen Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari:
a. Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, yang ditampilkan dengan cara:
  1. Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,
  2. Mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
  3. Merespon secara positif pendapat siswa,
  4. Membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
  5. Menunjukkan kesiapan untuk membantu,
  6. Menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta
  7. Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
b. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:
  1. Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,
  2. Memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
  3. Membentuk kelompok yang tepat,
  4. Mengkoordinasikan kegiatan,
  5. Membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta
  6. Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.
c. Keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar, yang ditampilkan dengan cara
  1. Memberi penguatan secara tepat,
  2. Melaksanakan supervisi proses awal,
  3. Melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
  4. Melaksanakan supervisi pemaduan.
d. Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:
  1. Membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
  2. Merancang kegiatan belajar,
  3. Bertindak sebagai penasihat siswa, serta
  4. Membantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri (Sofa, 2010).
Prinsip-Prinsip dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Guru yang terbiasa mengajar secara klasikal,sebaiknya mulai belajar mengajar dengan menggunakan kelompok kecil dan kemudian perorangan.
  2. Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan perorangan.
  3. Pengorganisasian siswa, sumber materi serta waktu merupakan langkah pertama yang diperhatikan guru.
  4. Kegiatan pengajaran harus diakhiri dengan kulminasi.
  5. Dalam pengajaran perorangan guru perlu mengenal sisswa secara pribadi.
Kelebihan dan Kelemahan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

  • Kelebihan
  1. Dalam proses mengajar ini memungkinkan penyerapan pelajaran pada setiap siswa dapat lebih maksimal.
  2. Guru dapat lebih mudah melakukan pendekatan pada setiap masing-masing siswa sehingga guru dapat memahami karakter masing-masing siswa, jadi guru lebih mudah menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk siswa.
  • Kelemahan
  1. Pengembangan informasi kurang luas karena keterbatasan siswa.
  2. Kurangnya motivasi siswa dalam bersaing karena variasi karakter siswa terbatas.
  3. Kurangnya jiwa social pada siswa.

Komentar

Postingan Populer